blank
Siswa SD Kanisius Tlogosari Kulon mengajak ibu-ibu PKK mengelola sampahdengan sistem takakura. Foto: Do SD Kanisius.

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Warga RT 9 dan RT 11 RW 7 Kelurahan Tlogosari Kulon mendapatkan pengetahuan baru tentang pengolahan sampah sisa makanan menjadi pupuk kompos organik dengan teknik takakura dari guru dan siswa SD Kanisius Tlogosari Kulon Semarang, baru-baru ini.

Menurut Kepala Sekolah SD Kanisius Tlogosari Kulon Khatarina Ika Wardhani, kegiatan ini bertujuan untuk mengajak warga di sekitar sekolah dan para siswa untuk bersama merawat bumi, sekaligus menyongsong peringatan HUT ke-78 Kemerdekaan RI.

“Saat ini kita merasakan udara yang sangat panas, tanaman mengering, banyak wilayah kesulitan mendapatkan air, terutama untukmemmenuhi kebutuhan air bersih,” kata Ika Wardhani, Kamis 17 Agustus 2023.

Hal ini terjadi akibat adanya perubahan iklim akibat rusaknya lingkungan. Salah satu penyokong rusaknya lingkungan di antaranya adalah produksi sampak yang sangat tinggi.

blank
Siswa SD Kanisius, usai upacara dengan pakaian adat, mengunjungi warga berbagi tas ramah lingkungan. Foto: Dok SD Kanisius.

“TPA Jatibarang semarang dinyatakan kritis, karena 900 ton sampah per hari terus dijejalkan ke sana. Rumah tangga adalah penyumbang sampah terbesar. Karena itu kami mengajak ibu-ibu PKK untuk mengelola sampah secara baik,” kata Ika.

Warga RT di sekitar sekolah, diajak untuk memahami dan pedui pada kondisi bumi saat ini. “

Gerakan Universal Apostolic Preferences, merawat ibu bumi, menjadi alasan anak-anak Kanisius mengajak ibu-ibu PKK WARGA RT 9  dan RT 11 RW 7 Kelurahan Tlogosari Kulon, Kecamatan Pedurungan untuk makin peduli dengan kondisi bumi saat ini,” tambah Ika.

Zita Galuh, SPd, guru kelas empat menyampaikan materi tentang pegolahan sampah sIstem takakura bersama beberapa siswanya  Jason Manuel, Stanislaus Arjuna, Jorgenio,  Alvin, Vinson, Edelweis

“Takakura adalah salah satu cara pembuatan kompos dengan mendaur ulang sampah organik dapur. Pembuatan kompos Takakura cocok untuk daerah perkotaan/perumahan karena lebih bersih, kering dan tidak membutuhkan banyak tenaga,” kata Zita Galuh.

Dengan menyiapkan plastik tempat pakaian/tong sampah berpori yang dilapisi dengan kardus, ujar Zita, kita hanya memasukkan sekam sebagai dasarnya, lalu masukkan sampah sisa makanan atau sisa potongan sayur dan buah.

“Setelah itu ditimbun lagi dengan sekam dan disemprot menggunakan starter kompos/eco enzyme untuk mempercepat hancurnya sampah. Kurang lebih tiga minggu, takakura sudah dapat dipanen dan digunakan untuk memupuk tanaman,” ujar Zita.

Pemanfaatan sisa makanan/sampah dapur menjadi kompos merupakan usaha untuk mengurangi produksi gas metana (CH4) di bumi yang makin memperbesar efek rumah kaca dan mengakibatkan global warming.

Upacara dengan Pakaian Adat

Sementara itu dalam upacara peringatan HUT Kemerdekaan ke-78 RI, ppara siswa mengenakan pakaian adat, KB-TK-SD Kanisius Tlogosari Kulon.

“Dalam peringatan HUT Kemerdekaan ini, kami menyerukan Ikrar Kanisius Peduli Lingkungan. Ini merupakan hasil pemikiran peserta didik kelas 5 yang memiliki harapan agar komitmen ini selalu diingat dan dilaksanakan di mana pun,” ujar Ika Wardhani.

blank
Upacara peringatan HUT ke-78 Kemerdekaan RI. Foto: Dok SD Kanisius

Mereka berikrar untuk makan dan minum bekal sehat dari rumah, mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dan styrofoam, menggunakan air dan listrik secara efisien, menanam dan merawat pohon, serta memanfaatkan sisa makanan menjadi kompos.

Peringatan HUT ke-78 RI kali ini menjadi lebih bermakna dengan adanya kunjungan anak-anak Kanisius ke rumah warga untuk mengajak warga mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, mereka membagikan tas kain kaos bekas hasil karya peserta didik kelas 4 kepada warga sekitar.

wied