UNTUK memiliki ilmu tersebut, mereka cukup melakukan puasa tiga hari sehingga mereka dapat memiliki kekuatan magis hingga dapat menidurkan dan membuat hewan maupun manusia menjadi kaku bahkan sampai meninggal.
Tafsir Al-Munir oleh Syaikh Nawawi Al- Bantani, jua Tafsir Shawi oleh Syaikh Ahmad bin Muhammad Al-Misri, juga Tafsir Mukmin oleh Syaikh Abdul Wadud – Libanon. Menurut Syaikh Ahmad, surat ke- 51 dari surat al-qalam itu oleh bani Asad memiliki dua bagian fungsi.
Yaitu, pada bagian awal yang berbunyi wa iy-yakadul-ladziina kafaru layuz Ukuunaka bi absaarihim lammaa sami ‘uz-zikra wa yaquuluuna innahuu lamajnuun sering disalahgunakan untuk sarana metafisis yang bersifat merusak, yaitu praktik ilmu sihir.
Sedangkan pada surat bagian yang akhir digunakan sebagai penangkal atau penolak sihir, yaitu pada kalimat Wa maa huwa ilia dzikrul lil- ‘alamiin yang artinya : Dan Alquran itu tidak lain hanya peringatan bagi seluruh umat dapat digunakan sebagai penangkal sihir dengan cara dibaca sebagai doa atau ditulis dalam bentuk wifiq atau rajah.
Secara resmi , agama tidak mengajarkan ilmu yang bersifat merusak seperti sihir, santet, dan sebagainya. Namun demikian ada orang beragama yang menciptakan “teknologi batin ” dengan mengambil inspirasi dari ayat-ayat suci, itu memang ada pada setiap zaman. Sikap dari agama sendiri sudah jelas, sihir masuk kategori dosa besar.
Dalam kisah pewayangan, ilmu gendam diawali dari kisah Dewi Kunthi. Disebutkan oleh gurunya Dewi Kunthi itu diberi ajian gendam. Jika manteranya dibaca, siapa pun yang dikehendaki, termasuk sosok dewa sekali pun bisa datang ke pemilik gendam.
Berbekal ajian ini, Dewi Kunthi mampu menggendam para dewa yang kemudian memberikan keturunan yang disebut sebagai Pandawa Lima. Dan saat masih perawan, Dewi Kunthi pernah membaca mantera gendam secara tidak sengaja, dan datanglah Bathara Surya. Dengan dewa matahari ini Dewi Kunthi memeroleh putra bernama Karna.
Berbagai Aliran
Gendam itu beragam alirannya. Ada yang untuk keselamatan, ada juga yang untuk yang berkaitan dengan asmara. Ilmu gendam ini aslinya baik, namun bisa menjadi “masalah” jika dikuasai oleh orang-orang yang imannya lemah.
Awal kali bekerja, dia pernah dikerjai seniornya. Dia minta me-SPJ kan uang kantor, namun ada kesulitan karena belanja alat tulis kantor di dua toko. Satu toko punya NPWP dan satunya lagi tidak.
Agar mudah pengurusan pajaknya, dia minta toko yang punya NPWP agar memasukkan barang belanjaan yang dari toko yang tidak punya NPWP dengan beberapa kesepakatan, namun sampai tiga kali negosiasi itu belum juga berhasil.
Dengan wajah kesal dan hampir putus asa, atasannya meminta dia untuk nego. Dia sempat berpikir, kalau yang senior saja tidak mampu nego, bagaimana dengan dia yang anak buahnya. Karena hormat kepada senior, dia pun mengikuti perintahnya.
Untuk ikhtiar agar diberi kemudahan, sepanjang perjalanan itu dia membaca ajian warisan leluhur. Dia datangi toko itu, dan tanpa banyak bicara, dia tunjukkan kuitansi dan dikatakan isinya ada kekeliruan.
Dia lalu minta nota kosong yang sudah dicap dan ditandatangani. Ternyata prosesnya mudah, padahal toko itu dikenal lurus memegang prinsip “haram” melayani dengan nota kosong.
Ilmu semacam gendam itu ada. Aslinya untuk mempermudah segala urusan. Soal dalam praktiknya ada yang menyalahgunakan untuk hal-hal yang negatif, itu sudah keluar dari konteks ketika ilmu itu diciptakan atau saat akan dipelajari.
Ilmu gendam itu terbukti ampuh jika digunakan untuk meredakan rasa sakit, termasuk menidurkan orang yang sedang resah, kesakitan hingga yang histeris, termasuk juga anak-anak, juga bayi yang sedang rewel atau menangis. Gendam juga dapat digunakan untuk menjinakan binatang buas atau yang liar.
Dari doa dan mantra itu sebenarnya mirip-mirip afirmasi atau self hypnosis, karena sebelumnya saya harus melakukan pembacaan doa atau mantra yang rutin dalam bilangan tertentu, dengan melakukan pengulangan atau pembiasaan pikirin bawah sadar (subconscious mind), sehingga timbul keyakinan bahwa dirinya mampu melakukan apa yang diinginkan.
Ilmu gendam mirip-mirip ilmu sirep. Menurut almarhum guru saya, orang yang memiliki ilmu gendam itu memiliki kemampuan mengalahkan lawan yang memiliki ilmu kanuragan (kekuatan fisik).
Dikisahkan, ada jawara ahli silat dan kanuragan yang memiliki kemampuan fisik menantang ahli sirep (gendam) untuk tanding ilmu. Saat jawara ini datang ke rumah ahli sirep, saat memasuki wilayah rumah ahli sirep, tiba-tiba dia mengantuk berat lalu tertidur karena pengaruh sirep.
Saat jawara tertidur, ahli gendam mengambil semua peralatannya, termasuk goloknya. Setelah diambil, lalu dibangunkan. Jawara itu malu karena seandainya mau, ahli sirep itu dapat melukainya. Dan jawara itu mengakui kehebatan ahli sirep.
Menurut saya, antara pelet dengan gendam itu tidak banyak kemiripan, dan orang yang karena sebab kalau ada yang pikirannya fokus hanya pada sesuatu, dikatakan kena gendam. Kalau lagi tertarik perempuan dikatakan kagendam istri.
Saya hanya memiliki amalan atau ilmu yang cara kerjanya mirip “gendam” namun karena saya ambil dari jalur ilmu ikmah, disebut sebagai mahabbah, suatu amalan yang bersumber dari ayat-ayat suci, dari surat Ar-ro’du, ” wa iy-yakadul-ladzina kafaru layuzlikunaka bi abshorihim lamma sami’udz-dzikro wa yaquluna innahu lamajnun, danseterusnya.
Setiap aliran memiliki ilmu untuk memengaruhi pihak lain. Ada yang menggunakan hizib, namun keampuhan ilmu tidak ditentukan dari alirannya, melainkan dari tingkat pematangannya.
Sebagian korban “gendam” mengaku, sebenarnya mereka cukup sadar dan mampu menolak permintaan pelaku gendam itu, namun karena kebingungan atau merasa sungkan, atau takut menolak, karena mereka itu beroperasi berkelompok sehingga korban terpaksa menurut.
Masruri, penulis buku praktisi dan konsultan metafisika tinggal di Sirahan Cluwak Pati