Menurutnya, tradisi Suran di Pertapaan Eyang Suro Gendero tersebut, merupakan even tahunan bagi masyarakat Desa Ngablak. Kegiatan tersebut sebagai wujud syukur masyarakatdari tiga dusun tersebut berupa, masing-masing kepala keluarga membawa nasi tumpeng dan melakukan makan bersama.
Ia berharap, kegiatan Suran di Pertapaan Eyang Suro Gendero tersebut terus dilakukan dan dilestarikan. Selain itu, kegiatan tahunan masyarakat Dusun Kuncen, Sowanan dan Ngablak, Kecamatan Ngablak tersebut bisa menjadi salah satu tujuan wisatawan dan bisa mendukung dunia pariwisata di Kabupaten Magelang.
Mendukng Pengembangan Pariwisata
“Saya berharap, kegiatan Suran ini dalam dilestarikan dan bisa mendukung dunia pariwisata di Kabupaten Magelang,”kata Mul Budi Santoso yang juga menjabat Ketua Harian Komite Seni Budaya Nusantara Kabupaten Magelang.
Kepala Dusun Sowanan, Songko Supriyanto menambahkan, Suran di Pertapaan Suro Gendero tersebut dilakukan untuk berdoa bersama memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar masyarakat Dusun Sowanan, Kuncen dan Ngablak tetap diberi kesejahteraan dan rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa.
Songko mengatakan, tradisi Suran di Pertapaan Suro Gendero tersebut telah dilakukan masyarakat Dusun Sowanan, Kuncen dan Ngablak puluhan tahun silam. Sejak tujuh tahun silam, para pemuda di tiga dusun tersebut berinovasi dalam menyelenggarakan tradisi Suran tersebut. Yakni, menggelar kirab keliling desa, sambil membawa nasi tumpeng dan juga menggelar sejumlah kesenian tradisional yang berkembang di lereng Gunung Merbabu tersebut.
Ïa menambahkan, tradisi Suran di Pertapaan Suro Gendero tersebut selain untuk saling mengakrabkan antarwarga, juga sebagai alat untuk bertoleransi antarumat beragama yang ada di Desa Ngablak.
“Toleransi beragama tersebut diwujudkan dengan doa bersama yang dipimpin oleh dua tokoh agama Kristen dan Islam,” katanya.
W. Cahyono