KUDUS (SUARABARU.ID) – Tradisi ‘Tebokan Jenang’ menandai peringatan Tahun Baru 1 Muharram 1445 H di Kabupaten Kudus. Tradisi yang berpusat di Desa Kaliputu, Kecamatan Kota ini merupakan tradisi turun temurun yang dipercaya sebagai asal muasal Jenang Kudus.
Perayaan digelar warga dengan pawai membawa tebok alias wadah nampan dari anyaman bambu yang berisi jenang dan sejumlah gu8nungan berisi hasil bumi lainnya.
Kirab dikawali dari utara komplek Pesarean Sedo Mukti, memutar desa dan berakhir di Balai Desa setempat.
Kepala Desa Kaliputu, Widyo Pramono mengaku kirab Tebokan Jenang ini merupakan ungkapan rasa syukur warga atas jenang yang menghidupi warga Desa Kaliputu.
“Desa Kaliputu selama ini dikenal sebagai asal muasal industri jenang yang ada di Kudus. Jadi, kirab ini sebagai ungkapan rasa syukur kami,”tandasnya.
Widyo menambahkan, di desanya, banyak berdiri sentra industri jenang baik bersakala UMKM maupun yang sudah menjadi industry besar. Bahkan, industry jenang seperti Mubarokfood, juga bercikal bakal dari Desa Kaliputu.
Dan jenang saat ini berkembang menjadi salah satu oleh-oleh khas Kabupaten Kudus yang cukup dikenal di tanah air bahkan mancanegara.
Mengenai sejarah tradisi Tebokan Jenang ini, tak lepas dari kisah legenda perjalanan Sunan Kudus dan Syekh Jangkung (Saridin) dengan Mbah Dempok Soponyono. Suatu ketika saat Mbah Dempok bermain burung dara aduan di pinggir Kaligelis, secara tak sadar cucunya hanyut. Anak tersebut akhirnya dapat ditolong warga, sementara mbah Dempok sendiri tak menyadari kalau cucunya kalap akibat ulah makluk halus berupa banaspati.
Hingga akhirnya Sunan Kudus dan Syekh Jangkung yang lewat melihat kerumunan warga yang panik. Saat melihat cucu mbah Dempok, Sunan Kudus beranggapan kalau anak tersebut sudah meninggal. Tapi, Syekh Jangkung berpendapat lain dan menyatakan cucu mbah Dempok tersebut hanya mati suri.
Untuk membuat anak tersebut sadar, Syekh Jangkung meminta ibu anak tersebut membuat penganan jenang dari bubur gamping dan disuapkan ke sang bocah. Dan ternyata, anak tersebut akhirnya kembali siuman. Dan dari kejadian tersebut lah kemudian pembuatan jenang berlanjut hingga turun temurun di desa Kaliputu.
Ali Bustomi