blank
Menko Polhukam, Prof. Mahfud MD saat panen melon perdana di MAJT. Foto: Dok/SB

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) kini bukan hanya sebagai tempat ibadah saja, namun juga sebagai tempat edukasi bagi generasi milenial, dengan hadirnya agrowisata berupa tanaman buah.

Beraneka macam buah dikembangkan di lahan sebelah barat Masjid yang telah selesai dibangun pada 2006. Selain membudidayakan tanaman kurma, kini MAJT mengembangkan agrowisata di tanah seluas 8,6 hektare. Pada tahap pertama, sudah ada sejumlah kebun melon yang bisa dikunjungi dan dipetik buahnya oleh wisatawan.

Panen perdana buah melon di agrowisata itu diresmikan oleh Menko Polhukam Mahfud MD usai salat Idul Adha di MAJT. Mahfud mendapat kesempatan melakukan petik melon perdana di tempat tersebut.

“Mulai besok sudah bisa dikunjungi masyarakat,” kata Wakil Sekretaris PP Masjid Agung Jawa Tengah, Istajib AS di MAJT pada Kamis (29/6/2023).

Dikatakan bahwa agrowisata itu masih berada di area MAJT tepatnya di belakang masjid. Saat ini, telah ada enam green house yang di dalamnya ditanami buah melon.
Tanah seluas 8,6 hektare di area agrowisata itu juga sudah ditata untuk ditanami buah lain. Bahkan Wali Kota Semarang, Hj Hevearita Gunaryanti Rahayu yang juga mendapat kesempatan memanen melon akan menjadikan sebagai kebun percontohan yang akan ditanami bawang merah.

Istajib juga menyebut bahwa di lahan itu juga akan ditanami buah-buah unggulan di Indonesia, sehingga nantinya akan semakin melengkapi keberadaan MAJT, sebagai tempat ibadah sekaligus sebagai destinasi wisata religi yang di dalamnya terdapat sarat edukasi bagi kaum milenium.

“Tahap pertama ada melon, disusul buah-buah yang lain kayak buah mangga, mangga-mangga unggulan, juga ada semangka, juga ada alpukat ya. Pokoknya buah-buah unggulan yang ada di Indonesia akan kita tanam di sini, karena kita punya tanah di sini yang luasnya sangat signifikan, ada cabe juga ya,” jelas Istajib yang bakal Caleg DPR RI dari PPP.

Menurutnya, masyarakat yang berkunjung di agrowisata juga bisa memetik buah sendiri dengan cukup membayar kepada petugas. Bahkan, lanjut Istajib, harganya akan lebih murah dibandingkan harga yang berada di pasaran. “Harganya lebih murah dari pada Pasar Johar, yang lebih menarik, bayarnya setelah petik dan membawa buahnya dari pohon, bisa pilih sesuai selera,” ujarnya.

Usai diresmikan oleh Menko Polhukam, banyak masyarakat yang berdatangan. Pengunjung mengaku penasaran, karena di lahan tersebut ternyata menjadi lahan subur yang bisa ditanami melon dan berbuah sangat bagus. Bahkan tidak sedikit masyarakat yang penasaran ingin segera memetik buah melon tersebut.

”Membeli buah di agrowisata MAJT ada kepuasan tersendiri. Lebih asyik, karena bisa memilih buahnya yang bagus dan bisa memetik sendiri sesuai selera,” ujar Andi, salah seorang pengunjung.

Dalam laporannya kepada Menko Polhukam, Ketua Dewan Pembina MAJT, Dr KH Ahmad Darodji menyampaikan bahwa pengurus MAJT akan memanfaatkan lahan tanah wakaf di antaranya 10 hektare untuk bangunan masjid, pondok tanfidz seluas 1,9 hektare, bangunan rumah sakit seluas 1,2 hektare, lahan agrowisata seluas 9,6 hektare, dan pasar induk MAJT seluas 11,6 hektare.

”Khusus untuk lahan seluas 9,6 hektare difokuskan sebagai lahan agrowisata dan edukasi, tanaman buah, tanaman sayur, palawija, dan tanaman apotek hidup. Selain optimalisasi pemanfaatan tanah wakaf, juga sebagai upaya menjaga kelestarian lingkungan, wahana pembelajaran atau penelitian bagi pelajar dan mahasiswa, maupun sebagai sarana rekreasi keluarga yang sehat dan murah,” jelas Kiai Darodji.

Kiai Darodji menambahkan, tanaman agro berupa melon ini bekerja sama antara yayasan Nadzir Wakaf Banda Masjid Agung Semarang dengan Baznas Jateng. Jenis pohon yang ditanam berupa melon sweet dan super sweet, masing-masing 2.000 meter terbagi menjadi delapan green house, dengan jumlah bibit melon sebanyak 9.600 bibit, dan kini sudah siap panen sebanyak 700 pohon melon.

Sementara itu Menko Polhukam, Prof Mahfud MD mengharapkan kebun melon yang telah dikembangkan pertanian dalam rangka menunjang kehidupan ekonomi dan menopang kesejahteraan MAJT merupakan pelaksanaan sunah nabi, agar masjid bisa menghidupi dirinya sendiri dan tidak bergantung orang lain, sehingga diharapkan bisa mencukupi kebutuhan masjid sehari-hari.

”Lahan agrowisata yang di dalamnya terdapat tanaman buah sangat bagus ke depannya, karena juga bisa menjadi edukasi dan contoh bagi masyarakat dalam memanfaatkan lahan menjadi lebih bernilai ekonomi,” ujar Prof Mahfud.

Ning S