blank
Sapi adalah salah satu hewan kurban dalam Islam. (Foto:freepik).

JEPARA (SUARABARU.ID)- Berbagai problematika terkait pelaksanaan ibadah kurban seringkali tidak diperhatikan. Bagi orang awam, hukum berkurban hanya diketahui sebagai ibadah sunnah muakadah yang dilakukan oleh umat Islam yang sudah baligh, berakal dan mampu. Berikut beberapa permasalahan pelaksanaan ibadah kurban yang dijawab oleh PC Lembaga Bahtsul Masa’il (LBM) Kabupaten Jepara.

Pertanyaannya, bagaimana hukumnya berkurban atas nama anggota keluarga yakni ayah dan ibunya yang sudah meninggal dunia? Apakah diperbolehkan? Hukum mengkurbani orang yang telah meninggal dunia adalah sebagai berikut:

Jika ada wasiat sebelum meninggal dunia agar ia dikurbani maka hukumnya boleh dan sah.

Namun, jika tidak ada wasiat sebelumnya, menurut mayoritas ulama tidak diperbolehkan, namun ada sebagian ulama yang memperbolehkannya,  karena hal tersebut termasuk bagian dari shodaqoh.

Namun jika kita mengikuti pendapat ulama yang memperbolehkan berkurban atas nama keluarga yang sudah meninggal meski tanpa wasiat, maka ada konsekuensi tersendiri, yakni terkait mashrofnya atau pendistribusian daging kurban. Daging kurban harus diberikan seluruhnya untuk fakir miskin. Dengan kata lain, tidak boleh diberikan kepada orang kaya atau warga pada umumnya. Tak hanya itu, orang yang berkurban juga tidak diperbolehkan memakannya

Tentu saja hal ini butuh kehati-hatian, terlebih jika hewan kurban itu dititipkan pada panitia kurban. Sebab ada kesulitan tersendiri sehingga panitia harus ekstra hati-hati terkait pendistribusian daging kurban itu.

  • منهاج الطالبين

وَلَا تَضْحِيَةَ عَنْ الْغَيْرِ بِغَيْرِ إذْنِهِ وَلَا عَنْ مَيِّتٍ إنْ لَمْ يُوصِ بِهَا

  • مجموع شرح المهذب ج ٧  ص ٤٠٦

لَوْ ضَحَّى عَنْ غَيْرِهِ بِغَيْرِإذْنِهِ لَمْ يَقَعْ عَنْهُ (وَأَمَّا) التَّضْحِيَةُ عَنْ الْمَيِّتِ فَقَدْ أَطْلَقَ أَبُوالْحَسَنِ الْعَبَّادِيُّ جَوَازَهَا لِأَنَّهَا ضَرْبٌ مِنْ الصَّدَقَةِ وَالصَّدَقَةُ تَصِحُّ عَنْ الْمَيِّتِ وَتَنْفَعُ هُوَتَصِلُ إلَيْهِ بِالْإِجْمَاعِ

  • الفقه الاسلامي وادلته لوهبة الزحيلي  ج ٤  ص ٢٨٣.

الأضحية عن الغير: قال الشافعية: لا يضحى عن الغير بغير إذنه، ولا عن ميت إن لم يوص بها، لقوله تعالى: {وأن ليس للإنسان إلا ما سعى} [النجم:39/53] فإن أوصى بها جاز، وبإيصائه تقع له. ويجب التصدق بجميعها على الفقراء، وليس لمضحيها ولا لغيره من الأغنياء الأكل منها، لتعذر إذن الميت في الأكل.

  • الشرواني ج ٩  ص ٣٦٣.

مَن ضحي عن غيره كميت بشرطه الآتي فليس له ولا لغيره من الأغبياء الأكل منها

  • نهاية المحتاج ج 27 ص 231 مكتبة الشاملة

( لَا) تَجُوزُ وَلَا تَقَعُ أُضْحِيَّةٌ (عَنْ مَيِّتٍ إنْ لَمْ يُوصِ بِهَا) لِمَا مَرَّ، وَتُفَارِقُ الصَّدَقَةَ بِشَبَهِهَا لِفِدَاءِ النَّفْسِ فَتَوَقَّفَتْ عَلَى الْإِذْنِ وَلَا كَذَلِكَ الصَّدَقَةُ، أَمَّا إذَا أَوْصَى بِهَا فَتَصِحُّ لِمَا مَرَّ.

قَالَ الْقَفَّالُ: وَمَتَى جَوَّزْنَا التَّضْحِيَةَ عَنْ الْمَيِّتِ لَا يَجُوزُ الْأَكْلُ مِنْهَا لِأَحَدٍ بَلْ يَتَصَدَّقُ بِجَمِيعِهَا لِأَنَّ الْأُضْحِيَّةَ وَقَعَتْ عَنْهُ فَتَوَقَّفَ جَوَازُ الْأَكْلِ عَلَى إذْنِهِ وَقَدْ تَعَذَّرَ فَوَجَبَ التَّصَدُّقُ  بِهَا عَنْهُ.

Saran-saran

“Sebaiknya jika ingin mengirim pahala kurban pada orang yang telah meninggal baik orang tuanya atau yang lain, maka bisa melakukannya dengan cara berkurban atas diri sendiri kemudian menyertakan pahala kurban pada orang- orang yang telah meninggal, maka akan lebih mudah dalam pendistribusian dagingnya,  yakni orang yg mengkurbani, orang kaya dan warga pada umumnya dapat mengkonsumi daging hewan kurban itu.”

  • بغية المسترشدين  ٢٥٧

قال الخطيب و (م ر) وغيرهما : لو أشرك غيره في ثواب أضحيته كأن قال عني وعن فلان أو عن أهل بيتي جاز وحصل الثواب للجميع، قال ع ش ولو بعد التضحية بها عن نفسه ، لكن قيد في التحفة جواز الإشراك في الثواب بالميت قياساً على التصدق عنه ، قال بخلاف الحيّ

  • تحفة المحتاج ج ١٢  ص ٢٥٥ (و) تجزئ (الشاة) الضائنة والماعزة (عن واحد) فقط اتفاقا لا عن أكثر بل لو ذبحا عنهما شاتين مشاعتين بينهما لم يجز؛ لأن كلا لم يذبح شاة كاملة وخبر اللهم هذا عن محمد

(Diasuh oleh PC LBMNU Kabupaten Jepara)