SUARABARU.ID Guru Besar baru Fakultas Teknologi Industri Unissula Prof Dr Sri Arttini Dwi Prasetyowati MSi menyampaikan temuannya yakni alat pendeteksi sedimentasi perairan memakai sensor infra merah.
“Alat semacam ini bermanfaat mendeteksi pendangkalan sungai,” ungkapnya dalam rapat senat terbuka pengukuhan guru besar pada (Selasa, 14/6/2023).
Turut hadir Kepala Kantor Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LL Dikti) Bhimo Widyo Andoko SH MH. Ketua Senat Unissula Prof Dr Anis Masdurohatun. Rektor Prof Dr Gunarto hingga Ketua Bidang Pendidikan Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung (YBWSA) Drs Tjuk Subhan Sulchan. Kemudian hadir rektor perguruan tinggi mitra dan profesor di lingkungan Unissula.
Orasi ilmiah ini menjadi semacam tradisi memberikan ruang bagi dosen dari berbagai kepakaran mengungkapkan gagasan maupun pemikiran brilian. Muaranya adalah kontribusi positif pengembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan bangsa.
Prof Sri Arttini, yang merupakan lulusan S-1, S-2 dan S-3 UGM, memiliki pemikiran jenius. Diciptakan konsep dan temuan alat pendeteksi volume endapan atau sedimentasi untuk merawat sungai dari ancaman pendangkalan.
Mula-mula alat ini purwarupa (prototipe) yang selanjutnya dikembangkan menjadi teknologi tepat guna memantau permukaan sungai. Ide pembuatannya juga mencakup pemakaian konsep robotik. Matematika algoritma hibrid, dan sistem elektronika digital. Konsep ini dikembangkan sesuai kepakaran Arttini di bidang matematika dan elektronika digital.
Alat yang bisa mengambang di permukaan air ini didesain mirip kapal dengan dukungan teknologi robotik dan sensor infra merah untuk mendeteksi perairan. Sensor ini nantinya yang akan memberikan sinyal keberadaan obyek di bawah air. “Melalui sensor ini akan diketahui seberapa besar sedimen,” katanya.
Alhasil apabila sungai mengalami pendangkalan parah bisa diambil tindakan.Sungai yang timbul pendangkalan berisiko memuntahkan banjir.Pencemaran lingkungan, serta memicu timbulnya penyakit.
Di era modern, bahan pemicu sedimentasi beragam termasuk kemungkinan larutan zat kimia berbahaya. Alat pendeteksi ke depan diupayakan lebih modern,dengan tak hanya memanfaatkan sensor melainkan memakai sonar atau semacam teknologi radar perairan.
Atau dikembangkan menjadi kamera digital dengan kemampuan menangkap obyek lebih detail. Alat yang sebatas masih mengapung diproyeksikan nantinya bisa berubah menjadi teknologi pesawat nirawak (drone) dengan kemampuan menyelam.
Rektor Unissula Prof Gunarto memberikan apresiasi mendalam terhadap orasi ilmiah Prof Arttini yang dikemas dalam judul “Penggunaan Hybrid FLC LMS Algorithm, Pengembangan Alat Menangani Masalah Perairan di Indonesia”.