Selain menggunakan peralatan pertanian modern, klaster menerapkan alat sensor tanah digital. Peralatan ini mampu membaca kadar PH, Nitrogen, Fosfor, dan Kalium (NPK), disertai aplikasi yang  merekomendasi jadwal, jumlah, jenis pupuk sesuai kebutuhan.

Penggunaan teknologi membantu petani melaksanakan budidaya secara lebih mudah, presisi, dan efisien . Peralatan sensor tanah tambahan yang diberikan melengkapi peralatan sejenis yang diberikan tahun sebelumnya.

“Penambahan peralatan diharapkan  dapat mengakomodasi peningkatan antusiasme  petani. Manfaatnya dapat dilihat dari peningkatan efisiensi biaya produksi mencapai 10 persen dan produktivitas mencapai 12 persen,” jelasnya.

Pada kesempatan sebelumnya  Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kab Sukoharjo Bagas Windaryatno melaporkan ,BI telah berkolaborasi  dengan Pemkab Sukoharjo melalui pembangunan klaster pertanian.

Artinya memordenisasi sesuai semangat semua bahwa pertanian  Sukoharjo  harus maju, mandiri dan modern. “Saat ini kita berada di persawahan desa Majasto seluas 255 hektar. Berdasar ubinan yang dilakukan, diprediksi  pada musim kali ini dari Majasto akan dapat dihasilkan 1.200 ton beras”, jelasnya.

Ketua KUB Kepodang Topo Sapardono selaku penerima peralatan sensor tanah berteknologi digital saat ditemui usai acara mengatakan, penggunaan peralatan memudahkan petani mengetahui secara tepat kebutuhan pupuk untuk lahan persawahan dalam satu musim tanam. Caranya cukup mudah dengan membenamkan ujung peralatan pada delapan titik.

Lahan sawah yang hendak ditanami padi. Dengan cara itu peralatan sudah mendeteksi kondisi Ph tanah. sekaligus memberikan informasi kebutuhan pupuk Nitrogen ,Phospat dan Kalium yang dibutuhkan.

“Meski demikian petani dipastikan akan memberikan takaran lebih dari kebutuhan pupuk yang direkomendasikan. Kelebihannya berkisar lima sampai 10 kg untuk luasan sawawah 4.000m2”, tuturnya.

Bagus Adji