blank
Para narasumber dalam Jagong Budaya

JEPARA (SUARABARU.ID) – Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara seharusnya dijalankan secara kosekuen dan konsisten dalam pembangunan nasional untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata meterial dan spiritual. Namun ibarat payung yang menaungi keberagaman bangsa ini, masih saja ada yang menusuk Pancasila hingga semakin terluka dan berlubang-lubang.

Hal tersebut mengemuka dalam Jagong Budaya Peringatan Hari Kelahiran Pancasila Tahun 2023 dengan tema Pancasila : Satu Hati untuk NKRI yang digelar di Waroeng Mas Jenggo, Jinggotan, Kecamatan Kembang, Jepara Rabu (31/5- 2023) malam. Dalam dialog budaya ini juga disepakati akan bersama menjaga dan merawat Pancasila agar tetap berdaya menjadi ideologi dan dasar negara.

Jagong budaya yang diselenggarakan oleh Yayasan Kartini Indonesia ini menghadirkan narasumber tokoh lintas agama, akademisi, budayawan serta aktivis. Hadir Kyai Aunur Rofiiq, S. Pd. I, M. Pd. – Ketua MWC NU Kecamatan Jepara, Pdt Danang Kristiawan M. Si, Teol – Ketua Badan Musyawarah Antar Gereja Kab. Jepara, Romo Franky Supriyanto, BA, MA, CPS tokoh umat Buddha Jepara, Parsini Ketua PHDI Kab Jepara. Juga Dr. K. Abdul Wahab Saleem, S. Sos, M. Si Akademisi Unisnu Jepara, Indra Dewi aktivis perempuan , Fahrudin Budayawan Jepara serta Drs Hadi Priyanto, MM penulis dan pegiat budaya Jepara. Sedang Didin Ardiansyah, S. Sn bertindak selaku moderator

Acara yang dibuka oleh tokoh Muhammadiyah Kecamatan Kembang H. Ahmadi ini disiarkan secara live dan dihadiri sejumlah aktivis diantaranya Indria Mustika, M. Dalhar Ketua Forum Pemuda Pelestari Budaya dan Sejarah Jepara, Ingga Tejo Suroto Ketua Yayasan Pelestari Budaya dan Sejarah Jepara, Wienarto, Zakariya Ansori, Mujiyono dan Mbah Kholil, Dampar Pangatasan, Leo Ramli , Ulil Abshor serta aktivis lainnya.

Dalam paparannya, para narasumber mengungkapkan, walaupun ada banyak catatan dan luka yang harus dirawat bersama, Pancasila diyakini menjadi pilihan terbaik bagi bangsa Indonesia yang harus terus dipertahankan bersama. “Melaksanakan ajaran agama Islam secara benar merupakan wujud pengamalan Pancasila,” ujar Kyai Aunur Rofiq.

blank

Sementara Pdt Danang Kristiawan mengungkapkan, jika keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia bisa diwujudkan secara merata, maka kedudukan Pancasila akan semakin kokoh. “Karena itu menjadi tugas pimpinan di semua tingkatan harus berusaha menjadi teladan dan bekerja dengan lebih keras untuk mensejahterakan warganya,” ujar Danang Kristiawan.

Menurut Abdul Wahab Saleem, keragaman itu sunnahtullah tidak bisa ditolak dan harus ditaarufi. Saling ngerti juga saling pengertian. “Namun demikian ada sejumlah catatan yang harus diperhatikan bersama, agar payung yang berlobang itu dapat dirajut bersama,” ujarnya. Harus selalu dihadirkan solusi yang harmonis di tengah-tengah bangsa ini dalam menghadapi persoalannya.

Hal senada juga disampaikan Romo Franky Supriyanto. “Keberagaman yang menjadi kesepakatan awal para pendiri bangsa ini harus terus dijaga agar tetap dalam harmoni cinta kasih kepada sesama,” ujarnya.
Sedangkan Parsini mengungkapkan, walaupun bangsa Indonesia sangat beragam tetapi memiliki tujuan yang sama sebagaimana dirumuskan dalam sila-sila dalam Pancasila. “Karena itu dalam kehiduan berbangsa dan bernegara, kita tidak boleh maragukan Pancasila,” tuturnya.

Indra Dewi, aktivis perempuan Jepara melihat Pancasila dari perspektif perempuan. “ Pancasila itu dasar negara dan ideologi harus dijunjung tinggi. Perempuan sangat berperan dalam menanamkan nilai-nilai Pancasila kepada putra-putrinya,” ujarnya.

Fahrudin menilai, Pancasila sampai saat ini masih relevan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sebab mampu memberikan rasa aman nyaman pada seluruh bangsa. “Persoalannya dalam tataran lokal Jepara, mampukah Pancasila terimplementasi dalam pengentasan kemiskinan, pendidikan, kesehatan, keadilan sosial dan bahkan dalam menjaga lingkungan hidup agar tetap lestari,” tegasnya.

Sementara Hadi Priyanto mengungkapkan, ajaran Sosrokartono yang tertuang ajaran Catur Murti yaitu bersatunya empat gelala jiwa utama pikiran, perasaan, perkataan dan perbuatan sangat tepat diimplementasikan dalam membumikan Pancasila. “Penyatuan keempat gejala jiwa utama tersebut jika dilakukan dengan benar maka akan menghasilkan pikiran benar, perasaan benar, perkataan benar dan perbuatan benar,” ujar Hadi Priyanto. Karena itu keteladanan dari semua tingkat kepemimpinan sangat penting, tambahnya.

Hadepe – ua