REMBANG (SUARABARU.ID) — Perhutani KPH Mantingan gelar pelatihan pemanfaatan Stasiun Pemantau Lingkungan (SPL) dalam kawasan hutan. Kegiatan pelatihan dilakukan didalam petak 114a Resor Pemangkuan Hutan (RPH) Kebon. Selasa 30 Mei 2023.
Kegiatan Pelatihan diikuti oleh para mandor pendamping Lembaga Pendamping Masyarakat (LPM) dan juga para penggarap lahan kawasan hutan. Serta Masyarakat Peduli Lingkungan Rembang (Melingkar).
Administrator KPH Mantingan melalui KSS Lingkungan Bambang menyampaikan bahwa kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air,pengendalian erosi, mencegah intrusi air laut,dan memelihara kesuburan tanah.
“Kita sebagai rimbawan perlu melakukan kegiatan pelestarian kawasan hutan yang kita manfaatkan ini,” jelas Bambang.
Karena peran masyarakat, lanjut Bambang, perlu untuk ikut menjaga kelestarian hutan dan alam karena pada dasarnya hutan lindung juga melindungi hutan adat bagi masayarakat sekitar kawasan hutan.
“Dengan adanya kegiatan pelatihan seperti ini akan memberikan pemahaman dan juga kecintaan kepada hutan kita mulai dari sumber mata air, situs dan juga sungai-sungai dalam kawasan hutan tetap mengalirkan airnya karena lingkungan terjaga dan tidak rusak,” harap Bambang.
Lebih lanjut, Bambang menyampaikan apalagi sekarang tahun 2023 musim panas sangat ekstrim, nah kalau kawasan hutan rusak maka bisa dibayangkan bagaimana panasnya matahari kalau kelembaban udara mencapai 50 derajat.
“Dan ini sangat tergantung dari hutan-hutan kita yan ada di Indonesia,” ujar Bambang.
Ada Lima SPL
Dikemukakan, agar cuaca suhu dan curah hujan bisa terpantau maka dipasang beberapa alat pemantau lingkungan atau lebih dikenal dengan Stasiun Pementau Lingkungan (SPL) di beberapa tempat yang ada di kawasan hutan Mantingan.
“Nanti kita akan kroscek bersama bagaimana cara mendata SPL yang kita pasang ini,” kata Bambang.
Untuk KPH Mantingan ada 5 SPL. Untuk SPL erosi bak dipasang dan dibangun di petak 115 F luas 5,97 hektar RPH Sadang BKPH Kebon. Untuk yang kedua ada di petak 100 luas 10,22 hektar RPH Tlogo BKPH Ngiri. SPL ini untuk menampung air dari sungai berapa debet disaat musim hujan dan musim kemarau.
Sedangkan SPL Erosistik ada di petak 16 B luas 11,3 Hektar berada di RPH Jatigenuk BKPH Sudo. SPL ini memantau erosi yang disebabkan oleh penggarapan kawasan hutan. Apakah penggarapan ini mengakibatkan tanah-tanah garapan ini longsor saat memasuki musim kemarau.
Untuk SPL sedimentasi sungai kita pasang di dua lokasi yaitu di Sungai Simoturun petak 100 D luas 1,28 hektar di RPH Tlogo BKPH Ngiri dan yang di Sunagi Sadang ada di petak 14,14 hektar RPH Sadang BKPH kebon KPH Mantingan. SPL ini untuk memantau sedimentasi sungai sungai dalam kawasan hutan.
“Kita bisa mengetahui sedimen sungai itu berapa naiknya setiap tahun. Dan apabila naiknya cukup tinggi kita perlu untuk menormalisasi sungai-sungai yang mengalirkan air menuju kawasan hutan agar pasirnya tidak masuk dalam kawasan hutan,” tandas Bambang.
Kudnadi Saputro