blank
Ribuan umat hadir dalam acara haul KH Abdul Manan, yang digelar di Sarean Gedhe (Makam Besar) di Desa Semanten, Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan, Jatim.(Dok.Prokopim Pacitan)
PACITAN (SUARABARU.ID) – Acara haul KH Abdul Manan Dipomenggolo yang dihadiri ribuan umat, digelar di Sarean Gedhe (Makam Besar) yang terletak di Desa Semanten, Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan, Jatim.

Bagian Prokopim Pemkab Pacitan, mengabarkan, acara haul digelar Kamis (18/5) dan dihadiri Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji. KH Abdul Manan Dipomenggolo, adalah ulama besar pendiri Perguruan Islam Tremas yang dikenal sebagai Pondok Pesantren (Ponpes) tertua dan terbesar di Kabupaten Pacitan, Jatim.

Bersama para Masyayikh Ponpes Tremas, para Kiai serta ribuan santri dan masyarakat, acara haul KH Abdul Manan Dipomenggolo berlangsung khidmat. Diawali dengan Maulidul Rasul berlanjut dengan tahlil, serta manaqib oleh Pengasuh Pondok Pesantren Tremas, KH Luqman Al Hakim Haris Dimyati.

Acara haul ditutup dengan Ma’uidloh Hasanah bersama Pengasuh Ponpes Betengan dari Demak, Jateng, KH Muhammad Mahfud bin Kharir.

KH Abdul Mannan Dipomenggolo adalah putra Demang Semanten, Raden Dipomenggolo, yang terkenal sebagai generasi Ke-3 jejaring Ulama Nusantara. Dia dikenal sebagai pendiri Ponpes di Desa Tremas, Kecamatan dan Kabupaten Pacitan. Pondok ini, menjadi salah satu Pesantren tertua di Nusantara.

Penghormatan

Acara haul, dilaksanakan setiap Tanggal 27 Bulan Syawal. Haul dilaksanakan sebagai wujud penghormatan dan upaya untuk meneladani ketokohannya, yang menginspirasi karena gigih berdakwah dan memajukan perkembangan agama Islam.

Sarean Gedhe, termasuk makam istimewa, banyak dikunjungi peziarah, karena menjadi destinasi wisata religius. Yang datang tidak saja masyarakat dari Kabupaten Pacitan, tapi juga dari berbagai daerah lain yang jauh dari Pacitan.

Awalnya, KH Abdul Manan mendirikan Pondok di Desa Semanten. Tapi, atas dasar pertimbangan kekeluargaan, jauh dari keramaian atau pusat pemerintahan, dan lebih kondusif bagi santri dalam belajar, maka akhirnya dipindahkan ke daerah Tremas.

KH Abdul Manan tampil memimpin Pondok Termas pada periode 1830–1862. Dari nama Desa Tremas ini, kemudian Pondok tersebut jadi masyhur dengan sebutan Pondok Tremas.

KH Abdul Manan wafat pada Hari Jumat (Minggu pertama) Bulan Syawal Tahun 1282 H, dan jenazahnya dimakamkan di Sarean Gedhe Semanten. Yakni di wilayah desa tempat dia dilahirkan dan dibesarkan.

Bambang Pur