Gagasan yang disebut hygiene hypothesis ini menyatakan bahwa hidup di lingkungan yang bersih membuat tubuh sangat sensitif dengan mikroba.
Kurangnya paparan mikroba, seperti bakteri atau jamur ini, dapat membuat sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan saat terkena zat pemicu alergi (alergen) yang tidak berbahaya.
Inilah mengapa sekarang lebih banyak orang yang mengalami reaksi alergi daripada generasi sebelumnya.
Bagaimana dengan pengujian probiotik untuk alergi?
Sejauh ini, beberapa studi yang menguji konsumsi suplemen probiotik menunjukkan sedikit pengaruh dalam mencegah alergi makanan dan reaksi alergi lainnya.
Sebuah tinjauan dalam Journal of Allergy and Clinical Immunology menunjukkan bahwa asupan probiotik pada bayi, ibu hamil, dan menyusui dapat mengurangi risiko eksim pada bayi.
Eksim atau dermatitis atopik merupakan penyakit kulit kronis yang menimbulkan kemerahan, bengkak, dan gatal yang muncul sebagai reaksi paling umum dari berbagai jenis alergi.
Penelitian Vanderbilt University Medical Center juga menemukan bahwa konsumsi probiotik secara rutin mampu mengurangi keparahan gejala rinitis alergi.
Makanan sumber probiotik, seperti yoghurt merupakan sumber antihistamin alami untuk menghentikan respons sistem kekebalan tubuh yang berlebihan terhadap alergen. Walaupun begitu, tidak semua penelitian menunjukkan hasil yang sama mengenai manfaat probiotik untuk pencegahan alergi.