blank
Ilustrasi. Reka: wied

JC Tukiman Tarunasayogablank

APAKAH akar kata korupsi itu dari kurup? Para ahli bahasa mungkin tertarik untuk menelaah ini lebih lanjut; namun yang jelas orang melakukan tindak korupsi tentu karena sudah memiliki hitung-hitungan tentang “keuntungan” yang bakal diperolehnya.

Artinya, orang bersedia menempuh berbagai liku-liku dan rekayasa berkorupsi, misalnya “membentuk tim inti” atau “memasang orang kepercayaan;”   karena memang dalam hitung-hitungannya, ia segera akan kurup lan sumbut.

Berikut ini, ada contoh, yakni ada empat kata yang “saling memaknakan” yaitu kurup, sumbut, gutuk, lan cubak. Maksudnya kurup itu bermakna sumbut, gutuk, lan cubak. Demikian pula apa itu cubak, ya …. kurup, gutuk lan sumbut. Kok muter-muter seperti gasing(an) sih? Yah ………. itulah keindahan berbahasa, dan orang Jawa sering sombong dalam hal ini seraya berujar: Wouwwwww………

Bahasa Jawa itu paling neka-neka, aneh namun menarik. Berasal dari beras, sebutir nasi disebut upa, kalau satu cething disebut sega, satu sendok namanya saemplokan;  beras kecil-kecil sebutannya menir, kalau lebih lembut lagi disebut bekatul; dan kalau belum terkelupas namanya gabah.  Indah atau gawe bingung berbagai kosakata seperti ini?

Kembali ke kurup, sumbut, gutuk, lan cubak. Kata-kata ini amatlah kontekstual saat ini, terutama pada saat ribuan orang hatinya sedang berbunga-bunga karena namanya sudah disetor ke KPU oleh partai politik pengusungnya,  untuk nantinya diverifikasi oleh KPU, dan jika lolos segera akan ditetapkan sebagai calon legislatif (caleg).

Mengapa berbunga-bunga serta-merta was-was dhag-dhig-dhug? Jawaban paling mendasar ialah trep karo wetuning dhuwit, apa ora?

Seseorang (nantinya) akan bergumam: Wahhh…… sumbut iki!! Manakala ia nantinya ditetapkan sebagai seorang caleg dengan nomer urut tertentu di dapil tertentu. Gumaman itu antara lain bermaksud mengatakan timbang karo kangelane, trep karo wetuning ragat. Harus dimengerti, siapa pun yang bersedia nyaleg atau pun di-caleg-kan, ia harus juga bersedia kangelan, rekasa, berjuang dan tentu ikutannya siap mengeluarkan biaya untuk berbagai kegiatannya.

Baca juga Nglimpe

Kalau kangelan lan ragat itu membuahkan namanya resmi terdaftar, ia merasa sumbut, gutuk, cubak, … dan akan sangat sumbut banget manakala kelak benar-benar mendapatkan suara yang cukup untuk melenggang menuju kursi DPR(D).

Jer Basuki

Di sinilah berlaku dan bermakna sekali ketika orang betul-betul menikmati  betapa rekasa lan kangelan penuh biaya dan pengeluaran uang betul-betul membuahkan “posisi” tertentu. Trep karo wetuning dhuwit, timbang karo kangelane. Nah ………….. inilah jer basuki mawa beya. Hasil yang membahagiakan itu sesuai dengan tenaga, pikiran, dan uang yang dikeluarkan. Atau lebih tepatnya, jika Anda menginginkan kebahagiaan atau pangkat serta posisi tertentu, ya sewajarnya Anda berusaha seraya bekerja keras serta membiayainya. Tidak ada makan siang gratis.

Apakah kurup, sumbut, gutuk, lan cubak akan mendorong orang, -seperti awal tulisan ini telah menyebutkannya. Untuk mulai tergoda berpikir golek balen, yaitu sudah tergoda ber[ikir betapa kelak akan mencari penggantinya? Sebaiknya jangan berpikir negatif seperti itu karena sudah berprasangka buruk. Buanglah jauh-jauh prasangka semacam itu karena akan mengganggu perjalanan dan karir seseorang.

Sebaliknya dan sebaiknya, kita beri dukungan sepenuhnya kepada mereka yang sudah mau rekasa lan kangelan, mengeluarkan biaya pula (sebanyak-banyaknya?) agar kelak memeroleh posisi pengabdian dan pelayanan kepada masyarakat.

Baca juga Calon, Berayun Antara Cala dan Calo

Apa bentuk dukungannya? Dalam masa-masa sekarang ini, dukungan penting ialah kita cermati mereka mumpung waktunya masih tersedia; dan kelak pada saat sampai ke pemungutan suara; pilihan Anda terhadap orang yang Anda cermati itu sangat menentukannya. Pilih orangnya jangan lupa pula pilih partai pendukungnya. Orang-orang itu terdaftar karena didukung sepenuhnya oleh partai politik karena sistem demokrasi kita memang melalui partai politik. Jadi, yang utama dan terutama, cermatilah partai politiknya, dan di dalam parpol itu ada orang-orang yang dipilihnya untuk kita pilih, kelak pada waktunya.

JC Tukiman Tarunasayoga, Ketua Dewan Penyantun Soegijapranata Catholic University