blank
Sebuah tradisi unik yang bernama “Barikan Apem” hingga saat ini masih dilestarikan oleh warga Desa Sukodono.

JEPARA (SUARABARU.ID)- Sebuah tradisi unik yang bernama “Barikan Apem” hingga saat ini masih dilestarikan oleh warga Desa Sukodono, Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara.

blank
Sebagai wujud rasa syukur atas karunia Tuhan.

Ada beberapa desa di Kabupaten Jepara yang masih melestarikan tradisi barikan apem. Selain Sukodono ada juga desa Langon dan Senenan. Di Desa Sukodono, tadisi peninggalan para leluhur yang jatuh setiap hari Jumat Pon di bulan Syawal ini digelar di balai desa dan dipimpin oleh kepala desa setempat, tepat pada Jumat (12/5/2023).

Istilah “barikan” memang belum diketemukan berasal dari kata apa. Namun sebagian ada yang mengatakan barikan berasal dari kata barokah. Bahkan ada yang mengatakan bahwa kata tersebut berasal dari bahasa Jawa Kuno yang berarti baris. Sedangkan apem sendiri adalah makanan yang terbuat dari tepung beras ang didiamkan semalam dengan mencampurkan telur, santan, gula dan tape serta sedikit garam kemudian dibakar atau dikukus. Bentuknya mirip serabi, tetapi lebih tebal

Dalam tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Sukodono, mereka Sejak pagi, pukul 05:00 WIB. mulai berdatangan menuju balai desa. Masing-masing warga membawa wadah, senik atau ceting (dalam bahasa jawa), yang terbuat dari anyaman bambu.

Senik itu sendiri akan diisi kue apem dengan ukuran yang cukup besar. Diameternya kira-kira 18cm – 22cm, bahkan lebih. Masing-masing warga membawa apem dengan jumlah yang sama. Yaitu, tujuh lirang atau lima belas buah apem.

Sesampainya di Balai Desa, warga membuat kelompok kecil. Masing-masing kelompok terdiri dari sekitar tujuh sampai sepuluh orang. Jika sudah ada himbauan dari Kepala Desa. Maka apem yang dibawa warga kemudian dijadikan satu, dalam masing-masing kelompok menjadi seperti gunungan apem.

Sekitar pukul 06:00 WIB selamatan barikan apem dimulai. Diawali Kepala Desa memberi sambutan. Kemudian doa dari sesepuh desa secara adat Jawa, dilanjutkan tahlil dan doa oleh pemuka agama.

Setelah selesai prosesi, sambutan Kepala Desa, doa sesepuh dan pemuka agama selesai. Selamatan barikan apem juga selesai sekitar pukul 07:00 WIB. Apem yang dijadikan satu dalam kelompok-kelompok tadi, dibagi rata kembali oleh warga.

Dari cerita tutur yang beredar di tengah masyarakat, bahwa yang memakan apem yang telah didoakan akan mendatangkan berkah. Sebab, munurut cerita lisan masyarakat setempat, ritual Barikan Apem ini dilangsungkan sebagai wujud rasa syukur atas karunia Tuhan.

ua/beje