Ustad Badrussalim bersama warga keturunan Jawa di Suriname di sela mengisi pengajian sebagai Dai Ambassador selama Ramadan 1444 H .(Foto:SB/Dok Badrussalim)

KEBUMEN (SUARABARU.ID) – Kiai Badrussalim (45), dikenal merupakan dai alumni PGMI STAINU (kini IAINU) Kebumen yang beruntung. Pasalnya, ia telah beberapa kali berdakwah di luar negeri melalui program Dompet Duafa sebagai Dai Ambassador.

Menariknya, pada Ramadan 1444 Hijriyah atau 2023 kiai muda asal Desa Giwangretno, Kecamatan Sruweng, Kebumen, ini selama sebulan penuh mengisi pengajian di sejumlah masjid di Suriname.

Tentu saja ini berkat kemampuannya berbahasa Arab dan bahasa Inggris, serta kedalaman ilmu agama yang mumpuni sehingga ia lolos sebagai Dai Ambassador. Sebelumnya Kiai Badrus pernah berdakwah melalui Dompet Duafa di Malaysia, Timor Leste serta Hongkong.

“Ramadan 1444 H ini yang terjauh saya harus bertugas sebagai Dai Ambassador di Suriname, di Benua Amerika Selatan. Menempuh penerbangan 24 jam dari Jakarta, transit di Kuala Lumpur dan di Amsterdam, sebelum akhirnya melanjutkan penerbangan dari Belanda ke Suriname selama 8 jam lagi,”kisah lelaki yang juga ustad di Ponpes an Nahdlah kampus IAINU Kebumen, kepada Suarabaru.id, Kamis (20/4)

Lulusan MTs Maarif Sikampuh Kroya dan MAN 1 Purwokerto itu mengaku sejatinya dirinya terlambat melanjutkan pendidikan formal S1. Sebab dia lebih banyak menimba pendidikan agama di beberapa pondok pesantren (ponpes) salaf dan pondok modern. Antara lain ia pernah mondok di Ponpes Al Huda Jetis Kutosari Kebumen, Ponpes Ploso Kediri dan sebelumnya juga di Ponpes Al Ikhsan Beji, Banyumas, serta Ponpes Lirboyo, Kediri.

Kiai badrus menyatakan, dibanding berdakwah di negara tetangga seperti Timor Leste, Malaysia dan Hong Kong, maka pengajian di Suriname ini memiliki tantangan tersendiri. Bukan hanya jauhnya jarak dari Tanah Air. Maklumlah Suriname merupakan negara bekas jajahan Belanda yang terletak di Benua Amerika Selatan. Di mana para imigran Indonesia kali pertama didatangkan dari Jawa ke Suriname di perbatasan Guyana itu pada tahun 1890-an.

14 Persen Keturunan Suku Jawa

Di sisi lain, Kiai Badrus justru tertantang karena ia mendengar bahwa di Suriname masih ada sekitar 14 persen etnis atau suku Jawa yang tetap menggunakan bahasa Jawa ngoko sebagai bahasa sehari-hari, selain bahasa resmi negara adalah bahasa Belanda. Selebihnya ada etnis Hindustan, Kreol, China dan tentu saja suku Jawa.

Uniknya, penduduk Suriname keturunan Jawa generasi kedua dan ketiga itu saat ini lebih banyak menggunakan bahasa Jawa ngoko. Mereka masih peduli pada pelestarian seni budaya Jawa serta mayoritas juga muslim beraliran NU, seperti di Jawa. Tak heran jika maestro campursari mendiang Didi Kempot pun beberapa kali diundang manggung ke Suriname.

“Awalnya saat tahu mau ditugaskan ke sana juga tidak terlalu pede, karena saya ini kan dari Kebumen, notabene bahasa Jawanya ya ngapak bukan kromo alus. Namun setelah saya menyiapkan diri dan beberapa hari di sini, saya pun nyaman dan bisa beradaptasi dengan berdakwah memakai bahasa Jawa ngoko di Suriname,”aku pria yang dikenal kalem itu.

Kiai Badrus awalnya mengikuti seleksi Program Dompet Duafa Dai Ambassador pada 2014. Kala itu dia menjadi asisten dosen bahasa Arab IAINU Kebumen, Ustad Thoif Hassani MPd. Sekitar 2013, ia menjadi asisten dosen bahasa Arab, setamat dari PGMI STAINU Kebumen. Selanjutnya Kiai Badrus diminta ikut seleksi Dai Ambassador Dompet Duafa oleh ustad Thoif.

Singkat cerita, berkat dukungah Thoif Hassani yang kebetulan mendapat beasiswa S2 di UIN Syarif Hidayatulah, akhirnya Badrus bersemangat mencoba ikut seleksi program Dai Ambasaador. Ia juga meminta restu ibunya dan diizinkan. Namun sebelum berangkat mengikuti program, keburu orang tuanya meninggal sehingga menunda setahun kemudian.

Baru tahun 2015 ia kembali mengikuti seleksi Dai Amabassador Dompet Duafa. Ia termotivasi mengikuti program tersebut karena program dakwah di mancanegara ini memiliki misi mulia. Yakni menyebarkan Islam yang Rahmatan lil Alamin, Islam tasamuh dan toleran, serta mengembangkan Ikhuwah Islamiyah dan Ukhuwah Wathoniyah.

Wakil Rektor II IAINU Kebumen Faizal MAg menyatakan, Kiai Badrus merupakan teman semasa mondok di Ponpes Al Ikhsan Beji, Purwokerto. Kemampuan Kiai Badrus dalam bahasa Arab dan bahasa Ingris juga terasah di ponpes tersebut dan di Ponpes di Kediri. Bahkan sebelum kuliah di PGMI IAINU Kebumen, Kiai Badrus melanjutkan menimba ilmu di Ponpes Hidayatul Mubtadiin, Lirboyo, Kediri.

”Saya dan Ustad Badrus juga pernah sebulan mendampingi guru SMK Maarif 1 menimba bahasa Inggris di Pare Kediri. Sampai saat ini Kiai Badrussalim masih menjadi ustad di Ponpes an Nahdlah Kampus IAINU Kebumen.Tentu kami mendukung dan mendoakan semoga Ramadan ini Ustad Badrus sukses berdakwah di Suriname hingga selesai nanti,”ujar Faizal.

Komper Wardopo