blank
Anggota Komisi IV DPR RI dari F-PDI Perjuangan Vita Ervina saat membuka Bimtek Manajemen Peternakan Sapi dan Penyakit LSD di Wonosobo. Foto : SB/Muharno Zarka

WONOSOBO(SUARABARU.ID)-Anggota Komisi IV DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan Vita Ervina meminta para perternak sapi harus tahu penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) yang menjangkiti hewan sapi. Penyakit tersebut cukup berbahaya sebab jika tidak segera ditangani bisa mengakibatkan sapi mati.

“Para peternakan sapi harus bisa menangani penyakit LSD. Apalagi di saat kasus penyakit mata dan kulit (PMK) belum selesai, kini di Jawa Tengah beberapa sapi terindikasi terkena penyakit LSD,” tegas Wakil Rakyat dari Dapil VI Jateng (Wonosobo, Temanggung, Magelang dan Purworejo), itu.

Vita menegaskan hal itu saat membuka “Bimbingan Tehnis Managemen Berternak Sapi dan Penanganan Penyakit Lumpy Skin Disease (LSD)” bagi peternak sapi di Hotel Surya Asia Wonosobo. Pemateri Bimtek tersebut berasal dari Balai Besar Veterainer (BB Vet) Wates Yogyakarta.

Hadir dalam kesempatan itu, Kepala BB Vet Water Drh Hendra Wibawa, MSi PhD, Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pangan, Pertanian dan Peternakan (Dispaperkan) Wonosobo, Drh Hery Prasetya dan anggota DPRD setempat, Edi Sutoto serta perwakilan kelompok tani di wilayah Kepil dan Kalibawang.

Vita menyebut Data sebaran kasus PMK pada hewan sapi di Wonosobo sejak Januari hingga April 2023 Mojotengah (32), Leksono (23), Kepil (64), Watumalang (55), Sapuran (26), Wonosobo (17), Kalibawang (38) dan Kertek (1). Data tersebut menunjukkan jumlah kasus PMK telah menyebar di 8 wilayah kecamatan di Wonosobo.

Penyakit LSD

blank
Anggota Komisi IV DPR RI dari F-PDI Perjuangan Vita Ervina saat diwawancarai wartawan. Foto : SB/Muharno Zarka

“Meskipun belum menyebar ke seluruh Wonosobo, kasus PMK pada sapi harus diwaspadai dan perlu pengendalian yang lebih baik agar virus tersebut tidak menyebar secara massif. Adapun LSD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dari keluarga poxviridae,” katanya.

Disebutkan, penyakit LSD tersebut ditandai dengan munculnya benjolan pada kulit sapi. Terutama pada bagian leher, punggung dan perut.

Selain benjolan, sapi yang terinfeksi LSD juga dapat mengalami demam, kehilangan nafsu makan, lesu dan mengalami penurunan produksi susu.

Sementara itu, Kepala BB Vet Wates Hendra Wibawa menambahkan penyakit LSD pada sapi disebabkan oleh virus dari keluarga poxviridae.
Virus tersebut menyebar melalui gigitan serangga seperti nyamuk dan lalat. Sapi yang terinfeksi akan mengalami periode inkubasi selama 5-14 hari sebelum timbul gejala.

“Penyebaran penyakit dapat terjadi secara cepat di antara sapi yang berada dalam kandang yang sama atau antara kandang yang berdekatan. Daerah Wonosobo sendiri punya potensi yang sangat baik dalam pengembangan usaha peternakan sapi. Para peternakan harus paham dengan penyakit LSD,” tegasnya.

Dalam upaya pengendalian penyakit yang mematikan tersebut, pemerintah akan terus berupaya dalam mengatasinya. Saat ini, khusus di Magelang, melalui BB Vet Wates melakukan pendampingan kepada peternak sapi yang terdampak LSD, termasuk nantinya sampai di Wonosobo.

Muharno Zarka