Rakor persiapan menghadapi Idul Fitri. Foto: Ali Bustomi

KUDUS (SUARABARU.ID) –Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Kudus, Suhadi menyebut ada kemungkinan Lebaran Idul Fitri tahun ini bakalan berbeda antara NU dan Muhammadiyah.

Meski demikian, Kemenag mewanti-wanti agar semua pihak tetap saling menghormati dalam merayakan lebaran meski berbeda hari.

“Memang tahun ini ada kemungkinan lebaran berbeda,”ukar Suhadi saat rakor menghadapi Idul Fitri di Command Center, Rabu (6/4).

Suhadi mengatakan, bagi warga Muhammadiyah yang penentuan lebaran menggunakan metode hisab, dapat dipastikan lebaran akan jatuh pada 21 April 2022.

Namun, khusus untuk warga Nahdliyin atau yang menganut sistem rukyat dalam penentuan awal bulan, kepastian 1 Syawal tentu menunggu rukyatul hilal yang akan dilaksanakan di akhir bulan.

“Bagi yang rukyat, tentu akan menunggu rukyatul hilal nanti,”tandasnya.

Suhadi mengatakan, potensi perbedaan Idul Fitri tahun ini karena saat Maghrib, 20 April 2023, ada potensi di Indonesia posisi bulan belum memenuhi kriteria baru MABIMS, yaitu tinggi minimal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat.

Namun, posisi bulan itu sudah memenuhi kriteria wujudul hilal. Apabila merujuk kriteria baru MABIMS, maka Lebaran jatuh pada 22 April 2023, sedangkan bila merujuk wujudul hilal, 1 Syawal 1444 Hijriah jatuh pada 21 April 2023.

“Namun, sekali lagi kami sudah sampaikan imbauan agar semua pihak tetap saling menghormati meski nanti ada perbedaan dalam merayakan Idul Fitri,”ujarnya.

Sementara, Bupati Kudus HM Hartopo mengatakan warga Kudus sudah terbiasa dengan perbedaan. Oleh karena itu, potensi perbedaan perayaan Idul Fitri tidak menjadi persoalan.

Ali Bustomi