Arti kedua, apes iku nandhang utawa kena kacilakan, sedang terkena musibah atau masalah; dan ketiga, apes juga berarti kang njalari cilaka, sesuatu yang menyebabkan seseorang menderita atau terkena masalah.

Misal, ada orang yang selalu merasa tiba apes manakala mengurus sesuatu pas di hari Kamis. Ada juga orang menghindari tanggal atau nomer 13 berhubung takut kena apes. Contoh apes yang dialami mas mantri kesehatan tadi, terkait erat dengan makna kedua, terkena masalah karena salah perhitungan atau salah langkah.

Jika ada orang yang selalu merasa apes, ia dapat disebut wong apesan; namun jika ada orang berdagang merasa selalu laris, ia bersyukur karena apes-apese, maksudnya paling sedikit, setiap harinya mendapatkan penghasilan kotor dua juta rupiah.

Sialkah?

Apakah apes searti dengan sial? Dalam contoh Mas Mantri kesehatan tadi, menurut pendapat saya, kata/ungkapan yang tepat untuknya adalah apes, bukan sial.  Mengapa? Seseorang disebut “sedang sial” mana kala ia sedang mengalami ketidakberuntungan. Ia sedang tidak beruntung. Padahal, Mas Mantri itu benar-benar apes, tidak hanya kurang beruntung, karena salah perhitungan yang mengakibatkan kejadian fatal bagi orang lain.

Efeknya, ia pun terdampak fatal karena harus diadili dan nantinya akan tervonis berat atas tindak pembunuhannya. Jadi menurutku, kurang beruntung atau sial itu terasa ringan dibandingkan dengan apes makna kedua, bahkan makna pertama atau ketiga sekali pun.

Pembelajaran yang dapat kita petik bersama, ialah, jika sedang tiba waktunya mengalami apes, terimalah dan tetap syukurilah hal itu seraya berdoa: Bebaskanlah saya dari apes yang lain dan kuatkanlah saya menyukuri apes ini sebagai risiko yang saat ini saya alami. Mengapa tetap harus bersyukur?

Konon, seorang teman yang mengalami penderitaan suatu penyakit menakutkan, berkisah betapa ia berangsur cepat sembuh karena doa yang selalu didaraskan ialah: “Allah, saya bersyukur karena menderita sakit ini, berkatilah syukur saya ini.”

Apes yang disyukuri, begitulah kira-kira rumusan paling menguatkan bagi Anda yang saat ini sedang dalam kondisi apes. Mengapa harus begitu?  Ingatlah, semua ada waktunya: Ada waktu menabur, ada waktu menyiangi, ada waktu panen. Juga ada waktunya untuk bertanya-tanya: Indonesia tercoret sebagai/dari penyelenggara piala dunia U-20, ini apes atau sial?

JC Tukiman Tarunasayoga, Ketua Dewan Penyantun Universitas Katolik (UNIKA) Soegijapranata, Semarang