Oleh: Budi Prihartini)*
Pengertian literasi dari waktu ke waktu mengalami perkembangan. Awal perkembangannya literasi didefiniskan sebagai kemampuan menggunakan ragam bahasa dan gambar untuk membaca, menulis, mendengarkan, berbicara, melihat menyajikan dan berpikir tentang ide-ide. Perkembangan selanjutnya literasi dipandang sebagai keyakinan budaya dan habitualnya. Perkembangan ketiga definisi literasi diperluas dengan elemen-elemen literasi, seperti visual, auditori, dan spasial daripada kata-kata yang tertulis (The New London Group, 2005). Perkembangan keempat, literasi merupakan konstruksi sosial dan tidak pernah netral (Freire, 2005), teks-teks yang dibaca berdasarkan posisi penulis ataupun pembaca. Hal ini memungkinkan posisi penulis berbeda dengan posisi pembaca, misalnya dalam posisi sosial (usia, kelas etnis) serta pengalaman seperti pendidikan, bahasa, dan perjalanan. Karena itu sangat penting bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan literasi kritis. Perkembangan kelima literasi dikenal sebagai multiliterasi. Multiterasi didefinisikan sebagai ragam cara/keterampilan dengan menggunakan bentuk-bentuk teks konvensional maupun teks inovatif, simbol, multimedia untuk menyatakan dan memahami ide-ide dan informasi.
The nastional Literacy Strategy (Wray et al., 2014), kompetensi-kompetensi siswa dalam pembelajaran literasi antara lain. tertarik buku-buku, percaya diri, lancar, dan paham dalam membaca dan menulis; mengetahui dan memahami berbagai genre fiksi dan puisi; menikmati kegiatan membaca, mengevaluasi, dan menilai bacaan yang dibaca; memahami dan menggunakan berbagai teks nonfiksi; memahami dan mengakrabi struktur dasar narasi; merencanakan, menyusun draf, merevisi, dan mengedit tulisan secara mandiri; dapat menggunakan berbagai macam petunjuk baca untuk memonitor dan mengoreksi kegiatan membaca secara mandiri; memiliki ketertarikan terhadap kata dan makna, memahami sistem bunyi dan ejaan, serta secara aktif mengembangkan kosakata; serta menggunakannya untuk mengeja dan membaca secara akurat, lancar dan terbiasa menulis tulisan tangan.
Paradigma pembelajaran literasi juga mengalami perkembangan. Paradigma tertua dikenal sebagai paradigma dekoding, basis pembelajaran bersifat deduktif, terletak pada aspek grafotonemik, kemudian aspek morfemik kemudian menyeluruh. Selanjutnya paradigma kedua pembelajaran literasi dikenal istilah paradigma keterampilan. Paradigma ketiga dalam pembelajaran literasi dikenal dengan istilah paradigma whole language. Paradigma ini, berpandangan pada fokus pembelajaran literasi adalah makna. Sejalan dengan perkembangan dan tujuan literasi di atas, maka guru di sekolah diajak untuk terdorong bahwa literasi merupakan konsep yang terus berkembang, berkonsekuensi pada penggunaan berbagai media digital di kelas, sekolah, dan masyarakat. Di era sekarang ini, segala bentuk kekurangan sarana dan prasarana sekolah seperti ketiadaan gedung perpustakaa bukanlah hambatan untuk memulai menerapkan pembelajaran literasi.
Penulis sebagai guru kelas 1 menerapkan literasi dasar dengan menerapkan pengetahuan dari pelatihan mandiri Platform Merdeka Mengajar serta pengalaman sebelumnya menerapkan literasi dasar dengan pendekatan dekoding. Pendekatan dekoding pada pembelajaran literasi ini difokuskan pada literasi membaca. Sebagaimana studi PISA bahwa struktur tes pada soal-soal membaca lebih banyak mengukur kemampuan bernalar, pemecahan masalah, berargumentasi, dan berkomunikasi daripada soal-soal yang mengukur kemampuan teknis baku yang berkaitan dengan ingatan dan pemahaman. Sejalan dengan pandangan tersebut, maka literasi membaca lebih berkenaan dengan konsep membaca cermat, di mana lebih banyak menekankan upaya memahami bagaimana penulis menyajikan ide-idenya, memperhatikan pilihan kata, dan memahami pesan yang dikonversikan dalam fitur-fitur penting dalam wacana.
Adapun tahap persiapan pembelajaran literasi dasar sebagai berikut. Pertama melakukan asesmen diagnostik. Hal ini bertujuan untuk memperoleh informasi awal tentang kemampuan dan keterampilan siswa kelas 1 tentang huruf, suku kata, kata dan kalimat. Tindak lanjut dari asesmen ini digunakan untuk mengelompokkan siswa berdasarkan kemampuan literasi dasarnya. Kedua, mempersiapkan media dan sumber belajar. Media yang disiapkan berupa flashcard huruf, suku kata, dan kata yang dikombinasikan dengan gambar dan warna. Sedangkan untuk sumber belajar penulis menggunakan buku cetak, seperti buku membaca permulaan, buku cerita juga dengan memaanfaatkan aplikasi ipusnas bagi siswa yang sudah mampu membaca secara mandiri. Penggunaan aplikasi ipuasna oleh penulis dikarenakan sekolah belum memiliki sarpras perpustakaan. Ketiga, mempersiapkan buku catatan/buku penghubung orang tua. Dengan mencatat kemajuan siswa setiap harinya diharapkan menjadi observasi untuk melakukan tindak lanjut. Keempat mengatur jadwal pada setiap kategori. Terdapat 3 kategori pada kelas penulis yaitu kategori huruf, kategori suku kata dan kata, kategori kalimat. Jumlah siswa kelas 1 yang kurang dari 10 memudahkan penulis dalam membagi waktu antara jam pembelajaran utama dengan pembelajaran literasi. Kelima, penataan ruang kelas. Ruang kelas 1 yang harus berbagi dengan kelas 3, mendorong penulis untuk mengatur tempat duduk sedimikian rupa, agar keterlaksanaan program dengan pembelajaran utama dapat berjalan dengan lancar.
Tahap pelaksanaan. Pembelajaran literasi dasar sebagai program kelas dilaksanakan pada jam pelajaran ke 4-5 atau 2 x 35 menit. Pembelajaran literasi dilaksanakan sesuai kategori dan jadwal. Masing-masing siswa memperoleh jadwal pembelajaran 2 kali dalam satu minggu. Namun, dalam pembelajaran utama siswa tetap mempunyai hak membaca bergilir. Materi pada kategori huruf meliputi mengenal bentuk huruf, membunyi huruf vokal dan huruf konsonan, penggabungan huruf membentuk suku kata dan kata. Materi kategori suku kata dan kata meliputi membunyi suku kata, menyusun kata, mengurai kata menjadi huruf, menyusun dan membunyi 2-3 kata. Materi kategori kalimat yaitu membaca cerita/ informasi sederhana dengan jumlah kalimat bertingkat. Di mulai dari 3-5 kalimat hingga 3 paragraf yang diakhiri dengan pertanyaan untuk menggali informasi dalam bacaan. Sumber bacaan diperoleh dari aplikasi ipusnas. Aplikasi ini bisa diinstall di gawai, PC/Mac/Windows. Berikut ini tangkapan layar ipusnas
Tahap evaluasi, tahap ini dilaksanakan setiap satu bulan sekali untuk menindaklanjuti hasil observasi. Pada tahap ini pula siswa akan mengalami perubahan kategori. Sebagai uji coba literasi membaca, maka pada tes sumatif tengah semester 2 ini secara penuh siswa mengerjakan tes secara mandiri (soal tes tidak dibacakan) dan hasilnya cukup memuaskan. Meskipun demikian 25% masih perlu bimbingan. Dan pada program kelas ini perlu adanya perbaikan pada aktivitas-aktivitas tertentu seperti intensitas waktu pendampingan serta keragaman strategi untuk mengurai kejenuhan. Selain itu, pencapaian pada pembelajaran literasi dapat berbeda setiap waktu karena dipengaruhi pengetahuan awal/profil murid, juga pentingnya kolaborasi dengan orang tua.
)*Penulis adalah Guru SDN 4 Bucu, Kecamatan Kembang, Kabupaten Jepara