“Apa yang kita lakukan di Rembang ini sukses dan akan kita extend di daerah lain seperti Pekalongan, ada Tegal sedikit, Pemalang termasuk Brebes. Jadi, ini penting kita lakukan bersama sehingga bisa meminimalisasi risiko abrasi pantai,” ujar Ganjar Pranowo.

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo memastikan PLN akan terus mendukung semangat Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dalam merehabilitasi lingkungan pesisir Pantai Utara. Semangat Pemprov Jateng untuk memerangi iklim sejalan dengan upaya PLN dalam transisi energi demi mencapai Net Zero Emission (NZE). Maka, kata Darmawan PLN melakukan pendampingan kepada masyarakat untuk merawat lingkungan sekitar.

“Kami melihat upaya Pemprov Jateng yang luar biasa. Dengan kepemimpinan Pak Ganjar, strategi restorasi lingkungan melalui penanaman mangrove, pembuatan tanggul sekaligus melibatkan peran aktif masyarakat mampu berjalan baik. Kami akan terus mendukung langkah ini yang sejalan dengan agenda transisi energi kami,” ujar Darmawan Prasodjo.

Darmawan Prasodjo menjelaskan PLN melakukan restorasi wilayah mangrove melalui penanaman 100 ribu mangrove. Langkah ini guna memitigasi risiko banjir dan abrasi di wilayah sekitar Pantai Utara Jawa khususnya di Pasarbanggi, Kabupaten  Rembang yang terdampak dari perubahan iklim.

Tanaman mangrove menjadi salah satu penopang pemanasan dari perairan laut. Dalam kolaborasi ini penanaman mangrove akan dilakukan di lahan seluas 10 hektar ini dibagi menjadi dua tahap, semester 1 dan 2. Sedangkan bibit mangrove yang digunakan berasal dari pembibitan kelompok tani Pasarbanggi.

Nantinya, kolaborasi PLN dan Pemprov Jateng ini akan dilanjutkan dengan penanaman mangrove di wilayah lainnya yang masih membutuhkan restorasi tanaman mangrove di mana direncanakan untuk wilayah Pantai Utara Jawa kebutuhannya sekitar 437.860 batang mangrove dengan luas 100 hektar di tahun 2023.

Selain penanaman mangrove, Darmawan Prasodjo menjelaskan PLN menggunakan teknologi pengolahan sisa abu pembakaran batu bara di PLTU atau Fly Ash Bottom Ash (FABA) menjadi beton sebagai bahan baku tetrapod. Tetrapod ini berfungsi sebagai tanggul sementara dalam menahan terjangan ombak.

“Kami menggunakan FABA ini menjadi tetrapod. Ternyata dengan menggunakan FABA ini, biaya produksi pembuatan tetrapod bisa ditekan hingga 50 persen. Sehingga ini menjadi langkah strategis untuk mempercepat mitigasi abrasi pantai di sepanjang pesisir pantura,” tegas Darmawan Prasodjo.

Tetrapod merupakan struktur peredam gelombang laut yang terbuat dari beton. Dalam hal ini beton yang digunakan terbuat dari FABA yang dihasilkan dari PLTU Tanjung Jati B dan PLTU Rembang. Ia menjelaskan untuk produk tetrapod yang dihasilkan ada dua jenis, yaitu berat 100 kg dan satu ton.

PLN memastikan penggunaan ini juga aman dan tidak akan mencemari lingkungan, karena kualitasnya sudah sesuai dengan standar nasional. Untuk produk FABA dari PLTU Tanjung Jati B telah lolos pengujian Laboratorium Bahan Konstruksi dari Universitas Sultan Agung dan produk FABA dari PLTU Rembang telah lolos uji laboratorium dari Universitas Diponegoro.

“Komposisi bahan tetrapod yang kami buat sudah paten dan sesuai dengan standar mutu nasional. Selain bisa menghemat biaya produksi juga dapat turut serta menjaga lingkungan sekitar,” tandas Darmawan Prasodjo.

Kudnadi Saputro