blank
Penulis bersama tokoh lokal yang juga pegiat sejarah Jepara. Kiai Hisyam Zamroni. Dengan latar belakang sungai Tedunan.

Oleh: Moh. Aslim Akmal

JEPARA (SUARABARU.ID)- Beberapa hari yang lalu penulis pergi ke Sarang mencari para pembuat kapal dan berbincang dengan mereka, sekedar mengkonfirmasi catatan Tome Pires dalam bukunya “Suma Oriental” yang sangat masyhur itu. Saat ini di Sarang sudah tidak banyak ditemukan pembuat kapal. Dahulu kapal dan perahu dibuat dengan kayu jati yang berasal dari wilayah setempat seperti Rembang, Bojonegoro, Tuban, dan Blora. Namun saat ini beralih memakai kayu bangkirei yang didatangkan dari Kalimantan karena kayu jati harganya sangat mahal.

blank
Dr. Sariat Arifia, (kanan) seorang peneliti sejarah peradaban Islam.

Cajongam atau Saranjawa (sekarang Sarang) yang terletak antara Rembang – Tuban adalah daerah tempat membuat jung (kapal besar) dan pangajava (kapal kecil). Jung dan pangajava ini dibuat menggunakan kayu-kayu tua yang ada di wilayah sekitar itu.

Negeri Rembang berada sebaris dengan negeri Jepara dan negeri Tuban. Di antara negeri Rembang dan negeri Tuban terdapat ujung Cajongam (kemungkinan besar Saranjava atau Sarang). Penguasa negeri Rembang adalah Pate Morob dan dia adalah paman Pate Unus. Pate Unus (penguasa negeri Jepara) adalah anak laki-laki dari saudara perempuannya. Pate Morob juga masih bersaudara dengan Pate Orob (Sunan Kudus, penguasa negeri Tidunan atau Kudus sekarang ini) karena Pate Orob adalah juga paman dari Pate Unus.

blank
Jalur pelayaran dilihat dari satelit.

Negeri Rembang merupakan penghasil beras dalam jumlah besar dan kayu sebagai bahan untuk membuat jung (kapal besar). Negeri Rembang adalah penghasil jung yang dibuat dari kayu-kayu tua. Namun dia banyak kehilangan kapal akibat mendukung Pate Unus melawan Malaka, di mana dia menempatkan kapal-kapalnya dalam armada perang tersebut. Akibatnya dia hanya memiliki dua pangajava (kapal kecil).

Negeri Tidunan (Kudus) berbatasan di satu sisi dengan Demak dan di sisi lain dengan Jepara. Pate yang berkuasa di Tidunan dikenal dengan nama Pate Orob (Sunan Kudus). Dia adalah paman Pate Unus (putra dari saudara laki-lakinya). Pate Orob tidak tunduk kepada siapa pun. Dia dikenal sebagai pengambil keputusan yang bijak. Dia tidak memiliki satu jung (kapal besar) pun, tapi memiliki 2-3 pangajava (kapal kecil). Dia memiliki sebuah sungai (Kaligelis) yang sangat baik, yang tidak bisa dimasuki jung.

blank
Sungai Tidunan yang disebut-sebut Tome Pires dalam buku Suma Oriental.

Negeri Tidunan berpenduduk 2000-3000 jiwa. Negeri ini menghasilkan beras dan bahan makanan lain dalam jumlah sangat besar. Pate Orob kerap berperang dengan orang orang pedalaman. Dia juga memberikan bantuan kepada pasukan Pate Rodim (Raden Fatah) mengingat Gusti Pate (penguasa lokal) sering menyerang Demak, Tidunan, dan Jepara. Serangan ini menghilangkan jiwa banyak penduduk di negeri tersebut. Pate Orob memberikan banyak nasihat dalam pemerintahan Pate Unus dan Pate Rodim, di mana keduanya mematuhinya bagaikan orang tua sendiri, meskipun keduanya jauh lebih berkuasa dibandingkan Pate Orob.

(Moh. Aslim Akmal, pegiat sejarah peradaban Islam tinggal di Kudus)