MAGELANG (SUARABARU.ID) – Universitas Semarang (USM) siap berkolaborasi dengan Pemerintah Kabupaten Magelang untuk mengoptimalkan potensi kawasan wisata Borobudur demi mewujudkan desa yang mandiri dan berkelanjutan.
Penegasan tersebut disampaikan Rektor USM Dr Supari Priambodo MT dan Ketua Pembina Yayasan Alumni Undip (Badan pengelola USM) Prof Sudharto P Hadi MES PhD dalam Sarasehan USM dan PWI Jateng Bersama Bupati Magelang di Hotel Doman, Borobudur, Sabtu malam (11/3).
‘Sebagai destinasi wisata yang sudah mengglobal, kami melihat banyak pernik usaha melalui Balai Ekonomi Desa (Balkondes) yang berkembang di kawasan Borobudur baik yang dikelola BUMN, pemkab, maupun masyarakat lokal. Dan USM siap membantu melalui pemikiran, penelitian, dan pendampingan agar pemberdayaan masyarakat terus tumbuh,’’ tandas Supari.
Sarasehan yang dimoderatori pegiat pariwisata R Widiyartono (PWI Jateng), menghadirkan nara sumber Kepala Bappeda Kabupaten Magelang Taufik Hidayat mewaliki Bupati Zaenal Arifin, Ketua Paguyuban Kades se-Kecamatan Borobudur yang juga Kades Karangrejo M Hely Rofikun, Kades Ngambeng Rowiyanto, dan Kades Candirejo Singgih Mulyanto.
Hadir dalam kegiatan yang digelar Prodi Pariwisata FTIK USM tersebut, Sekretaris Dinas Pariwisata Kepemudaan dan Olahraga Gunawan Andi, Camat Borobudur Subiyanto, anggota Pembina YAU Ir Soeharsojo IPU, Ketua Pengurus YAU Prof Dr Ir Kesi Widjajanti SE MM, bersama pimpinan, serta dosen USM, Ketua PWI Jateng Amir Machmud NS bersama pengurus, serta Ketua PWI Kabupaten Magelang Y Bagyo Harsono bersama jajarannya, Dekan FTIK USM Prind Triajeng SKom MKom, Dekan FTP USM Prof Dr Haslina dan Kaprodi Pariwisata USM Herman Paninggiran SE MMPar.
Supari menambahkan, bagi USM, implikasi yang diciptakan dari kerjasama dengan Pemkab Magelang adalah terbukanya peluang bagi kampus mendapatkan pembelajaran bagi mahasiswa di lintas program studi, seperti progdi pariwisata, disiplin ilmu teknologi pertanian, sistem informasi, Ilmu komunikasi, dan teknik informatika.
‘’Kami memilih Borobudur karena wisata strategis nasional yang dikenal dunia. Di sini mahasiswa dan dosen bisa melakukan penelitian, edukasi, pengabdian masyarakat selaras tuntutan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Sebelumnya kami melakukan kegiatan serupa di Kota Semarang dan sekitarnya, serta kawasan Pantura,’’ bebernya.
Dukungan Banyak Pihak
Sedangkan Ketua Pembina YAU Prof Sudharto mengatakan, pengembangan wilayah wisata butuh support dari berbagai pihak, diantaranya perguruan tinggi dan media. Maka tepat sekiranya USM dan PWI Jateng ambil bagian untuk melakukan kolaboratif mendorong Pemkab Magelang lebih masif lagi menggeber pertumbuhan ekonomi masyarakat melalui wisata.
Prof Dharto menilai tepat jika kini ada 20 Balkondes di Kecamatan Borobudur. Strategi itu sebagai upaya membangun wisata alternatif agar para pelancong tak melulu menikmati keindahan Borobudur.
’Kita tak ingin wisatawan ‘sanyukan’ (cuma sebentar) ke Borobudur, naik ke candi lalu turun dan pulang atau memilih menginap ke Yogyakarta. Makanya ada Balkondes itu yang menawarkan konsep wisata alam dan akomodasi natural yang nyaman, sehingga turis bisa berlama-lama berbelanja di Borobudur,’’ kata mantan rektor Undip itu.
Menurut dia, sebenarnya gagasan menggaungkan Borobudur sudah ada sejak 1996 ketika akan dibangun pertunjukan sinar dan suara (Multi Media Show) dengan teknologi dari Prancis untuk menambah daya tarik candi ini. MMS mengisahkan sejarah masa lalu candi. Sayang rencana ini ditolak Unesco karena dikhawatirkan bisa mengganggu kelestarian mahakarya itu sebagai warisan budaya.
Kini, kata dia, salah satu pengembangan wisata yang bisa ditawarkan adalah munculnya Balkondes sebagai ikon yang bisa mem-branding wisata yang berbasis kearifan lokal, seperti susur sungai, menanam padi, menderes kelapa, dan tilik industri madu.
Sedangkan Amir Machmud NS mengungkapkan, PWI Jateng menyambut baik agenda ini sebagai langkah menyokong pengembangan pariwisata. Sebenarnya, lanjut dia, PWI sejak 2019 sudah melabelkan pariwisata sebagai produksi dalam Hari Pers Nasional (HPN). Saat itu bersinergi dengan Pemkab Magelang mengadakan kegiatan One Day Tour sekitar wisata kawasan candi. Dan kini, bersama USM, pihaknya siap untuk turut ‘memprovokasi’ dalam pengembangan wisata di Magelang.
Kades Karangrejo Hely Rofikun mengakui, desanya seluas 174 hektare dan berjarak 3 km dari Candi Borobudur bersyukur memiliki topografi yang mendukung wisata alam. Makanya, bersama masyarakat setempat membangun wisata unggulan, diantaranya Punthuk Setumbu, yaitu tempat menyaksikan matahari terbit diantara Gunung Merapi dan Merbabu dan pancaran pertama mengenai candi.
‘’Maka sama teman-teman, penggiat pariwisata membuat Nirwana Sunrise Punthuk Setumbu yang mampu menyedot banyak wisatawan. Kami sepakat dengan Pak Dharto, bahwa dulu orang ke Borobudur hanya mampir kencing dan meninggalkan sampah. Tapi sekarang, setelah ada komunikasi antara pemkab, Taman Wisata Candi Borobudur, desa, penggiat wisata, kini terjadi hiruk pikuk wisatawan yang menjelajahi desa-desa. Kami berharap kolaborasi terus diintesifkan bersama perguruan tinggi dan media,’’ tambahnya.
Muhaimin