JEPARA (SUARABARU.ID) – Setelah sukses melaksanakan kegiatan Revitalisasi Hutan Mangrove Pesisir Jepara (RHMPJ) sebanyak tiga kali di desa Bulak Baru, Wapalhi kembali laksanakan kegiatan RHMPJ yang keempat di Pantai Kropak, Dukuh Margokerto, Desa Bondo, Kecamatan Bangsri. Acara RHMPJ IV yang diikuti 350 peserta ini resmi dibuka oleh Gubernur Jawa Tengah yang diwakili Kepala DLHK Jateng dilanjutkan dengan penyerahan bibit simbolis dari DLHK ke Ketua Wapalhi FSH UNISNU Jepara Kadhumatul Hilma
Acara dibuka dengan sambutan Rektor Unisnu yang diwakili oleh Wakil Dekan Fakultas Syariah dan Hukum, sambutan kedua dari Petinggi Desa Bondo, sambutan ketiga dari Kabaglog Polres Jepara, dan keempat dari Gubernur Jawa Tengah yang diwakili oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Jawa Tengah, Widi Hartanto S.T M.T
Wakil Dekan FSH Unisnu Hudi S. H. I, M.S.I MENGUNGKAPKAN, Wapalhi secara rutin melakukan kegiatan penanaman tiap tahunnya, mulai PLM (Penghijauan Lereng Muria) ataupun RHMPJ (Revitalisasi Hutan Mangrove Pesisir Jepara). “ Ini merupakan bagian menjaga hubungan dengan Tuhan, dengan manusia, dan dengan alam. Maka dengan ikut andil dalam kegiatan ini berarti kita tengah mengimplementasikan nilai hablum minal alam,” ujarnya.
Gubernur Jawa Tengah dalam sambutannya yang diwakili oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Jawa Tengah, Widi Hartanto S.T M.T mengungkapkan, secara umum tutupan mangrove di Jawa Tengah mengalami degradasi dari tahun 2017–2020 seluas + 716,41 ha (5,66%). Hal itu tampak pada data ekosistem mangrove di Tahun 2017 tercatat se-luas ± 12.661,61 ha, menjadi seluas ± 11.945,0 ha.
“Degradasi tersebut terjadi antara lain adanya alih fungsi lahan, sedimentasi yang tinggi, erosi, abrasi dan pengrusakan mangrove oleh oknum masyarakat untuk dijadikan area tambak,” ungkap Ganjar Pranowo.
Namun demikian ia mengungkapkan, dari 16 Kab/ Kota yang memiliki ekosistem mangrove, masih ada 5 (lima) Kab/Kota yang mengalami penambahan luasan mangrove, yaitu Pati, Jepara, Pemalang, Kota Pekalongan dan Cilacap
Khusus di Jepara menurut Ganjar, terdapat 3 kecamatan terdiri dari 31 desa/kelurahan yang memiliki garis pantai dan berisiko terhadap bencana abrasi. Salah satunya adalah Desa Bondo Bangsri, berdasarkan overlay Garis Pantai dari Badan Informasi Geospasial (BIG) Tahun 2013 dengan garis pantai dari Ranperda RTRW Tahun 2023-2043 yang telah divalidasi BIG, perkiraan luasan yang terkena abrasi adalah 14,47 ha.
Terkait hal tersebut, maka ia mengajak warga saling bahu membahu, bersatu untuk melakukan penanaman mangrove di Bangsri ini. Yang penting kemudian adalah memasyaratkan daya guna tanaman mangrove secara maksimal. Hal itu diawali dengan ngopeni, minimal melakukan penanaman, kemudian memantau perkembangan mangrove.
Terkait hal tersebut, di sinilah perlunya kerjasama dengan masyarakat sekitar. Harapannya mereka ikut serta menjaga atau bahkan menambah jumlah mangrove
Hadepe