blank
Ratusan pelajar dari mahasiswa, SMA, SMK sederajat Kota Salatiga mengikuti kegiatan sekolah kebangsaan. Foto: Dok/UKSW

SALATIGA (SUARABARU.ID) – Ratusan pelajar dari mahasiswa, SMA, dan SMK sederajat Kota Salatiga padati ruang G di komplek kampus UKSW, Jalan Diponegoro Salatiga, pada Sabtu (11/3/2023).

Mereka menjadi peserta dalam sekolah kebangsaan yang melibatkan anak-anak muda dan kalangan milenial. Sekolah Kebangsaan yang digelar mulai pukul 09.30 WIB ini merupakan kegiatan edukasi bagi pemilih pertama dari Program Tular Nalar yang digagas oleh Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo), yang didukung oleh Google.org, dan Radio Elisa 103.9 FM Salatiga.

Program ini untuk meningkatkan partisipasi anak-anak muda dalam Pemilu menjelang tahun politik 2024, dengan membekali mereka tentang literasi digital.

Topik dalam sekolah kebangsaan tersebut adalah bagian program “Tular Nalar” yang memberi materi tentang bagaimana menjadi warga negara yang baik, menjadi pemilih yang kritis, dan bagaimana melakukan praktik membedakan berita/informasi hoak dan fakta. Mereka dibekali pondasi dalam bersikap kritis atas terpaan informasi yang bertubi-tubi dalam era digital.

Adelia, salah satu peserta dari SMK 1 Salatiga sangat berterima kasih atas kesempatan yang diberikan, sehingga bisa mendapat kesempatan menjadi salah satu peserta sekolah kebangsaan ini.

“Ini pengalaman yang sangat berharga bagi saya, mendapatkan ilmu dan informasi yang sangat bermanfaat. Apalagi saat ini anak-anak muda seperti saya ini tidak dapat dilepaskan dengan penggunaan gadget dengan durasi yang panjang, ”ujarnya.

Ia mengatakan, ada hal yang sangat penting dalam kegiatan ini, karena selain bermanfaat bagi dirinya juga bagi orang-orang terdekatnya seperti keluarga dan lingkungannya. Orang tua menurutnya juga perlu didampingi, sehingga dapat melakukan klarifikasi atas informasi yang belum tentu kebenarannya.

“Sebagai pemilih pemula, sudah pasti saya akan gunakan hak pilih saya sebagai pertanggungjawaban saya sebagai warga negara yang baik,” tambahnya.

Namun, demikian tentu dengan mempertimbangkan calon yang akan menjadi pilihan. Mengenai calon pilihannya, menurut Adelia siapapun itu yang terpenting adalah yang memiliki tanggungjawab yang tinggi, jujur, berintegritas dan bermartabat.

“Ya, kalau calon itu harus memiliki kriteria sesuai harapan masyarakat, termasuk harapan anak muda seperti saya,” tambah Adelia.

Kegiatan sekolah kebangsaan ini juga melibatkan berbagai fasilitator terpilih dan telah mengikuti pelatihan dengan sertifikasi khusus. Mereka adalah akademisi dari Fiskom UKSW, Udinus, praktisi media, dan praktisi digital lainnya.

Salah seorang fasilitator, Dr. Agus Triyono menyebut, sekolah kebangsaan ini menjadi salah satu upaya Mafindo Salatiga dalam memberikan edukasi pada generasi muda dan milenial agar kritis dan menjadi bagian pemilih pemula yang cerdas.

“Pemilih harus cerdas, meski pemula harus memiliki daya kritis dalam memilih calonnya. Karena hal itu akan berdampak pula pada mereka,” ujarnya.

Ning Suparningsih