Amir Machmud NS
DI PELUKAN RESAH
pekat pagi kapankah segera bergerak
hingga tiba pengujung bulan
lihatlah matahari tak juga leluasa
menyiramkan cahaya makna
o, hari-hari basah di pelukan resah
embun tak jelas bertebar ke mana
gerimis menutupnya
kabut musim muram mengurung terang
ada sunyi yang dia hadirkan
pagi panjang tanpa cercah cahaya
sayup-sayup melantun tembang sunyi
setiap pagi
o, rintih hati yang merindukan matahari.
(2023)
Amir Machmud NS
GERIMIS RUNCING MELUKAI
gerimis subuh menetak-netak genting
nadanya runcing melukai
mericik dalam irama muram
entah di mana embun memukim
menggigil menepi dari terkam hujan
rasa tak pernah bisa kusembunyikan
dari sayat luka pagi
matahari pun tak menyiapkan cahaya
dia enggan melayani hujan
yang sedang mengamuk unjuk kuasa.
(2023)
Amir Machmud NS
RESAH RUMAH DI RINTIH BASAH
— Sirahan, 26 Februari 2023 —
musim basah, kau apakankah rumah pusaka ini dengan terpa kericik bocor di sana-sini?
kau tak meminta izinku untuk mencurahkan resah dari hujan yang muram meruah
tak pula kau menggumamkan rasa iba untuk rumah sejarah yang memintal sepekat itu kenangan atas ayah dan ibuku
o, atau aku yang tak patut berkeluh kesah
lantaran tak mampu nenimbang semua kekurangan
seharusnya aku yang merawat dan sekuat daya merayu hujan, bukan?
jangan hilangkan kenangan
jangan hapuskan dahaga rindu
rumah ini menguyup di rasaku
membenam di pori-pori hariku
dalam ricik air
dalam curah air
dalam apa pun air
o, muram nian di rintih basah.
(26-02-2023)
Amir Machmud NS
MUSIM BASAH SEPANJANG INI
ada yang kunanti di musim ini
tak juga dia meminta awan pergi
kabut pun bergulung dibiarkan berhenti
curah air menandai sepanjang ini basah menghantui
ada yang tak henti kusimak di muram ini
senyap yang menyeruak setiap kali
cahaya tak tercecap mencairkan rasa
matahari entah menunggu titah apa
ada yang meminta merayu langit
sampai kapan musim mencekam
sampai kapan pula dia merajuk dan membiarkan
bumi tenggelam di laut hasrat tak berbilang.
(01-03-2023)
Amir Machmud NS
KATAKAN KEPADA HARI BIMBANG
katakan kepada hari bimbang
luka telah meruyakkan kegelisahan
: sedalam ini
hasratku lari ke langit terbuka
yang bergelimang ketidaksadaran
kutemukan cahaya entah membahasakan apa
katakan kepada hari gundah
luka telah menitipkan rupa-rupa masa silam
: sekuat ini
pikiranku terbenam di dasar penyesalan
kuterima sinar tapi tak mampu memancarkannya
katakan kepada hari rindu
luka telanjur menyayat pori-pori hidup
: seperih ini
angankah yang mengapung di kedalaman senyap
kuraih pintu tapi tak yakin menemukanmu.
(2023)
Amir Machmud NS
HUJAN TAK PEDULI KERISAUANMU
tak pernah lagi kucecap rindu sunyi hujan
lewat ricik berirama
atau curah yang mengundang hangat rasa
dia bersekongkol dengan pekat awan
menerpakan sepi yang tak kupahami
dijadikannya panjang hari kuyup tanpa cahaya
membuka tafsir berbeda-beda
dibenamkannya suara-suara
di balik selimut tanpa nada
cetar tatit membahasakan ada yang murka
kau dekapkah rindu lewat siul angin yang tak ramah?
hujan tak lagi peduli kerisauanmu
ia kucurkan sepenuh ego musim
bahasa yang nyata makin menanti matahari.
(03-03-2023)
Amir Machmud NS
MENAFSIR TERANG LANGIT
kuhirup udara dari jendela yang terbuka
pada pagi yang menawarkan hangat cahaya
langit serasa mengantar cinta
sebegitu panjang menantinya
musim masih menguapkan basah
menyanyikan perkusi gelisah
meluapkan rindu dengan bahasa angin
menafsirkan hidup dengan ayat-ayat awan
bahkan kabut acap terbaca sebagai cahaya
kuraih matahari dengan rasa
pori-pori menguarkan hangat rindu
rasakanlah semua pintu yang terbuka
tak menyia-nyiakan menafsir terang langit.
(04-03-2023)
Amir Machmud NS
CAHAYA TERASA MEWAH
terasa mewah cahaya pagi
kehangatan yang menyiram pori-pori rasa
uap tanah leluasa memancarkan aroma
o, cercah indah akhirnya tiba
musim tak hanya menguji kesabaran
ketika hujan tak henti menyiram
ketika banjir tak lekang mengancam
ketika kita kehilangan hak ketenangan
menanti matahari mengantre giliran
selepas basah kerasan mengeram
terasa mewah cercah rasa
melewati hari-hari tercengkeram risau
ada saat-saat musim enggan bersahabat.
(05-03-2023)
— Amir Machmud NS; wartawan dan penyair yang telah melahirkan enam antologi puisi tunggal. Karya-karyanya masuk dalam 11 antologi bersama dan tersebar di berbagai media —