SEMARANG (SUARABARU.ID)- Kampus sesungguhnya kepanjangan Pemerintah untuk menciptakan generasi yang berketuhanan, mencintai, merawat dan memajukan bangsanya. Keberadaan kampus sangat sentral sebagai pusat pemikiran, dan melahirkan mahasiswa yang memiliki wawasan kebangsaan dan berakar Pancasila.
Hal itu diungkapkan Rektor Universita Semarang (USM), Dr Supari ST MT saat menjadi narasumber dalam Dialog Kebangsaan Hari Pers Nasional 20223 tingkat Jawa Tengah yang mengusung tajuk “Mewujudkan Kampus Kebangsaan” di Gedung Ir Widjatmoko, Kampus USM, Jalan Soekarno-Hatta, Semarang, Selasa (14/2).
”Sebagai pusat pemikiran, kampus, termasuk USM, sesungguhnya punya peran penting dalam merawat nilai-nilai kebangsaan. Nilai-nilai itu, saya mengambil dari singkatan ‘PBNU’, yaitu Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI dan UUD 1945,” kata Supari.
Menurut Supari, USM sendiri sudah memiliki statuta bahwa salah satu visinya adalah mencetak generasi yang memiliki kesadaran dan wawasan kebangsaan. Di Kampus Merdeka ini, bahkan ada UKM bernama UKM Pengawal Ideologi Bangsa (PIB).
”Kami menyiapkan mahasiswa yang menguasai teknologi di era 4.0 dan membentuk karaktar Pancasila melalui UKM PIB. Saya mengajak mahasiswa untuk lebih mengedepankan spirit kebangsaan, ketimbang ke personal. Jadikan keberagaman di Indonesia sebagai kelebihan, keunggulan, dan keberkahan,” tandasnya.
Selain Supari, hadir sebagai nara sumber Staf Khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila Antonius Benny Susestyo, Katib Syuriah PBNU Dr KH Abu Yazid Al Busthomi, Ketua DPW Muhammadiyah Jateng Dr KH Tafsir MAg, dan Dandim 0733/BS Semarang Kolonel Inf Honi Havana.
Dalam dialog hybrid (luring dan daring) yang dipandu Roshia Martiningrum itu, bertindak sebagai Keynote speaker yaitu Menkopolhukam yang juga adalah Ketua Dewan Penyantun USM Prof Dr Mahfud MD SH SU MIP. Dialog disiarkan secara live oleh USMTV dan Radio USM Jaya.
Dialog dihadiri, antara lain, Plt Asisten Pemerintahan dan Kesra Sekda Jateng Haerudin mewakili gubernur, Ketua Pembina Yayasan Alumni Undip (YAU), Prof Sudharto P Hadi PhD, anggota pembina YAU Ir Soeharsojo IPU, Drs Kodradi, Ketua Pengurus YAU Prof Dr Ir Hj Kesi Widjajanti SE MM bersama jajarannya, Senat USM Ketua Prof Dr Hardani Widhiastuti, MM, Psi dan jajaran, Ketua PWI Jateng Amir Machmud NS beserta jajarannya, Ketua Dewan Kehormatan Provinsi PWI Sri Mulyadi bersama jajaran, perwakilan mahasiswa perguruan tinggi di Semarang, serta ormas kepemudaan.
Apresiasi
Sementara itu, Menkopolhukam Prof Mahfud MD menyampaikan apresiasi kepada PWI Jateng yang melibatkan kampus untuk memberikan nilai-nilai kebangsaan kepada para mahasiswa dalam forum dialog.
Dia percaya media saat ini menjadi kekuatan besar. Hanya saja, dia mengingatkan kembali apa yang disampaikan Presiden Joko Widodo dalam perayaan HPN 2023 di Medan, bahwa tantangan media saat ini adalah membanjirnya akun-akun platform digital yang secara langsung ‘mencuri’ ceruk media konvensional.
Maka dari itu, kata dia, Jokowi merancang Publisher Rights untuk melindungi keberadaan media arusutama dengan mewajibkan platform digital global untuk memberikan nilai ekonomi atas konten berita yang diproduksi media lokal dan nasional.
Sementara itu, Ketua Pembina Yayasan Alumni Undip (YAU), Prof Sudharto P Hadi PhD dalam sambutannya mengatakan, merupakan kehormatan dan penghargaan luar biasa USM bersama PWI Jateng menjadi penyelenggara dialog kampus kebangsaan dalam rangka memperingati HPN 2023.
Menurutnya, ada dua hal penting yang bisa ditarik dalam dialog. Pertama, adalah tema dialog yang faktual dan urgen, apalagi menjelang perhelatan Pemilu serentak pada 2024. Dia berharap, di tengah fenomena politik identitas dalam Pemilu, forum ini bisa memberikan wawasan kebangsaan kepada para mahasiswa sebagai calon pemimpin masa depan.
”Mahasiswa kami dan lulusannya tak hanya disiapkan menjadi manusia yang cerdas, tapi juga memiliki rasa peduli pada persoalan-persoalan yang dihadapi bangsa. Sebagai calon pemimpin bangsa, harus dibekali wawasan kebangsaan,” kata mantan rektor Undip itu.
Urgensi kedua, kata Prof Dharto, bahwa tugas perguruan tinggi tak hanya meluluskan sarjana untuk memenuni kebutuhan pasar. Me-match-kan antara dunia kerja dan kompetensi. Tapi lebih dari itu, kampus menjadi pusat pemikiran untuk memberikan solusi terhadap persoalan-persoalan bangsa.
Muhaimin