blank

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Pro. Dr. Dr. Soetomo W,E., M.Pd. seorang pejuang kebudayaan Jawa meninggal dunia di RS Elisabeth Semarang, Senin 13 Februari 2023 pukul 05.30.

Almarhum meninggal dalam usia 85 tahun, dan sebelumnya sudah keluar-masuk rumah sakit dalam beberapa waktu terakhir.

Menurut Budi Prabawa, menantu almarhum, Prof Soetomo terakhir dirawat di RS Elisabeth Kamis (9/2/2023) lalu. “Mestinya Bapak dipasang ventilator, dan harusnya dirawat di ICU, tetapi kami menghubungi berbagai rumah sakit di Semarang semuanya penuh. Ada rumah sakit yang bisa, tetapi masih harus antre urutan keenam,” kata Budi Prabawa.

Salah satu putranya, Andung, tinggal di Wina Austria, dikabari bahwa ayahnya dalam keadaan sakit. “Mas Andung langsung terbang dari Wina, kemungkinan besok sore baru sampai Semarang,” kata Budi saat menunggu di rumah sakit, Kamis lalu.

Sedangkan seorang putrinya Haniek Listyorini saat ini menjabat sebagai Ketua STIEPARI Semarang yang baru dilantik beberapa waktu lalu.

Menurut keluarga, jenazah akan dimakamkan di pemakaman keluarga Jalan Gunung Talang Semarang, Selasa (14/2/2023) diawali dengan ibadah pemberangkatan jenazah pada pukul 13.00.

Saat berita ini diturunkan, jenazah masih berada di kamar jenazah RS Elisabeth, dan akan dibawa ke rumah duka di Jalan Gunung Talang 23 Semarang.

Pada Senin malam nanti dan Selasa malam esok akan dilaksanakan bisdston (doa penghiburan) di rumah duka Jalan Gunung Talag pada pukul 19.00.

Prof Tomo adalah Ketua Yayasan Kanthil, lembaga yang berkiprah dalam pengembangan budaya dan bahasa Jawa. Almarhum juga penggagas Kongres Bahasa Jawa I di Semarang, yang hingga kini terus berlangsung tiap empat tahun sekali.

Selain merupakan pejuang kebudayaan Jawa, almarhum juga pakar pariwisata. Tahun 90-an bersama beberapa tokoh mendirinya Dewan Pariwisata Jawa Tengah, yang didukung oleh Gubernur Mardiyanto.

Dewan Pariwisata melakukan roadshow ke daerah-daerah perbatasan seperti Ponorogo, Cepu, Pekalongan untuk membangun sinergitas pengembangan pariwisata antar wilayah Jateng-Jatim-Jabar.

Almarhum juga pendiri Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pariwisata (STIEPARI) Semarang yang semula bernama Akpari. Sebelum berkiprah total di dunia akademik, almarhum adalah pegawai Kanwil Pendidikan dan Kebudayaan Jateng dengan jabatan terakhir sebagai Kepala Bidang Sejarah dan Nilai Tradisional.

Setelah pensiun selanjutnya secara total mengurus Akpari yang kemudian menjadi STIEPARI. Almarhum menempuh program doktor di dua tempat, yaitu IKIP Jakarta dan Universitas Gadjah Mada. Dua gelar doktor diraihnya di bidang pendidikan dan sejarah. Setelah mendapatkan dua gelar doktor ini, selanjutnya derajat profesor diraihnya.

wied