BREBES (SUARABARU.ID) : Pada era globalisasi ini, sangat mudah bagi masyarakat untuk terpengaruh oleh kebiasaan atau budaya dari luar. Melalu canggihnya teknologi pada saat ini masyarakat di kalangan remaja dapat menjelajah apapun yang ingin dicari. Dengan adanya hal ini manusia bisa menirukan hal yang ada di internet baik hal yang positif maupun negatif. Masuknya budaya asing ke dalam negri ini bisa dikategorikan sebagai pisau bermata dua, yang artinya ada baik dan buruknya.
Perlu digaris bawahi Kembali tidak semua budaya asing bisa dikategorikan mengancam identitas ataupun memberikan hal yang buruk kepada pribadi masing-masing. Mahasiswa mengindikasi ada beberapa budaya yang bisa diambil untuk dapat memoermudah kehidupan sehari-hari, seperti contohnya budaya furoshiki yang lahir dari Jepang yang dapat membantu membungkus suatu barang tanpa harus menggunakan plastik berulang-ulang.
Teknik Furoshiki adalah cara membungkus suatu benda atau barang dengan menggunakan kain, pada awalnya metode ini dipakai hanya untuk menutupi atau membungkus barang-barang berharga. Teknik ini telah ada dari 710 SM ( Sebelum Masehi). Kain yang digunakan juga bisa menggunakan kain apapun.
Mahasiswa melihat ini sebagai salah satu peluang untuk dapat menjadi Program Kerja dan ilmu yang dapat diajarkan kepada masyarakat, selain agar dapat mengenal budaya jepang juga sebagai salah satu cara untuk tidak terus menerus menggunakan plastik di lingkungan desa. Program Kerja ini ditunjukan kepada Kepala Desa dan Perangkat Desa Banjaranyar, Kecamatan Brebes yang akhirnya disetujui agar dapat megurangi sampah plastic di dalam Desa banjarnyar.
Mahasiswa memberikan penyuluhan kepada Remaja umur 10 tahun pada SDN 01 Desa Banjaranyar pada tanggal 21 Januari 2023. Mahasiswa mengajarkan ini kepada anak kelas 5 dan6 SD agar dapat membungkus dan tidak mengggunakan plastic pada saat membungkus bekal dari rumah.
Poster tutorial macam Teknik furoshiki (membungkus barang dengan menggunakan kain)
Ada tiga Teknik furoshiki yang dikenalkan kepada remaja di SDN 01 Desa Banjaranyar, yaitu Sao Tsutsumi untuk membungkus kotak bekal yang lebih kecil, lalu Otsukai Tsutsumi untuk membungkus kotak bekal sedang dengan ukuran kain yang lebih lebar, dan yang terakhir Bin Tsutsumi yaitu Teknik untuk melipat Botol minum menggunakan kain. Selain memberikan poster untuk remaja agar mudah dihafal, mahasiswa juga ikut serta mengajak remaja SDN 01 Banjaranyar untuk mempraktikan apa yang telah diajarkan agar dapat dilakukan secara terus menerus nantinya.