blank
Memperingati Isra Miraj atau Rajaban warga Dusun Kalikemong, Desa Wadasmalang, Kecamatan Karangsaambung, Kebumen, Senin (6/2) membuat ambengan berisi makanan dan jajanan senilai jutaan rupiah.(Foto:SB/Dinas Kominfo Kebumen)

KEBUMEN (SUARABARU.ID) – Warga Dukuh Kalikemong, Desa Wadasmalang, Kecamatan Karangsambung, Kebumen, Senin (6/2) menggelar peringatan Isra Miraj atau Rajaban. Uniknya warga rela merogoh kocek hingga Rp 4 juta – Rp 6 juta sebagai isi jajan atau ambengan pada perayaan Rajaban tersebut.

Bahkan Bupati Kebumen Arif Sugiyanto yang menghadiri acara Rajaban di Masjid Baiturohim, Dukuh Kalikemong, Desa Wadasmalang, Kecamatan Karangsambung, mengaku ragu dengan status Kebumen sebagai daerah termiskin di Jateng. Pasalnya, warga di Kebumen utara itu setiap tahun memiliki tradsisi merayakan Rajaban dengan membawa ambengan dari anyaman bambu berisi aneka makanan dan jajanan bernilai jutaan rupiah tiap keluarga.

Kegiatan keagamaan tersebut turut dihadiri ribuan warga dari berbagai desa serta Camat Karangsambung Nurtaqwa Setyabudi. Bupati pun menyambut baik peringatan Isra Miraj atau Rajaban oleh warga setempat. Apalagi warga Wadasmalang sejak dulu mempunya tradisi memperingati Isra Miraj membawa ambengan dengan jumlah banyak dan super jumbo.

blank
Bupati Kebumen Arif Sugiyanto Senin (6/2) menghadiri Rajaban di Dusun Kalikemong, Desa Wadasmalang, Kecamatan Karangsambung.(Foto:SB/Dinas Kominfo Kebumen)

“Alhamdulillah ini merupakan kearifan lokal yang baik yang masih terjaga di Wadasmalang. Ini yang patut kita syukuri dan terus kita lestarikan karena tradisi ambengan ini merupakan wujud keberkahan dan kemakmuran yang Allah berikan untuk warga Wasdamalang dan sekitarnya,” ujar Arif Sugiyanto.

Melihat bentuk abengan yang besar-besar berisi aneka macam makanan, jajanan serta ingkung ayam, Bupati menilai, sejatinya warga Kebumen biar pun hidup di pedesaan mereka sebenarnya serba kecukupan, dan tidak cocok disebut sebagai kabupaten termiskin.

“Kalau melihat ambengan segede gini, tingginya saja hampir dua meter setengah, apa ya masih pantas kita disebut sebagai kabupaten termiskin. Saya kira tidak lah! Tinggal diberikan pemahaman, seperti tadi saya nanya ke warga tadi pagi masak apa? Ada yang bilang kikil, daging, dan macam-macam,”terang Arif Sugiyanto dengan senyum khasnya.

Warga Diminta Jujur

Bupati pun meminta masyarakat untuk bersikap jujur ketika ditanya oleh petugas survei dari pemerintah terkait kondisi perekonomiannya. “Jangan bilang setiap hari makannya sama tempe. Padahal di rumah juga ternak ayam, ada ikan, kambing, sapi dan lainnya, Ya ini memang perlu ada pemahaman,”terangnya.

Tradisi ambengan pada saat Rajaban di Wadasmalang memang tergolong unik. Setiap KK di Desa Wadasmalang wajib membuat ambengan dengan berbagai macam ukuran. Untuk satu ambeng ada yang sampai setinggi dua meter. Ambeng besar itu berisi senilai Rp 4-5 juta. Sedangkan ambeng kecil nilai barang di dalamnya Rp 300.000-hingga Rp 500.000,-.

Tak tanggung-tanggung, keranjang itu tidak hanya berisi nasi beserta lauk pauknya berupa ingkung ayam lengkap dengan buah-buahan. Satu paket besar juga berisi berbagai makanan dan minuman kemasan. Tak jarang ada yang berisi sembako, rokok hingga uang tunai.

Salah satu warga Kalikemong bernama Narkun (50). ikut membuat ambengan. Berbeda dengan lain, ia setiap tahun khusus selalu membuat ambengan jumbo senilai Rp 4 juta – Rp 6 juth. Ambengan raksasa itu ia berikan khusus untuk Kiai atau ulama yang diundang saat kegiatan.

“Kalau saya buat selalu yang besar, paling besar khusus untuk Pak Kiai. Setiap tahun sudah rutin, kalau yang untuk Pak Kiai dari saya,”ujar Narkun yang juga menjadi pengusaha klontong sukses di Jakarta.

Selain membuat yang jumbo, Narkun juga membuat ambengan ukuran kecil untuk masyarakat sebanyak delapan kranjang. Semua ia niatkan untuk sodaqoh. Tidak mengharap timbal balik.”Saya niatkan sodaqoh, bukan bandulan. Kalau bandulan kan gantian. Tahun depan saya yang dapat, tapi ini sedekah,”tandas perantau sukses itu.

Komper Wardopo