blank
Limbah (bonggol) jagung. Foto: Dok/Agina-Online.com

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Tongkol (bonggol) pada jagung adalah bagian dalam organ betina tempat bulir duduk menempel. Istilah ini juga dipakai untuk menyebut seluruh bagian jagung betina.

Tongkol terbungkus oleh kelobot. Secara morfologi, tongkol jagung adalah tangkai utama mulai yang termodifikasi. Sebagian besar petani tidak pernah menganggap tongkol jagung sebagai komoditas yang dapat menghasilkan dolar.

Melansir dari Agina-Online.com, berawal dari program Upsus Jagung 2015, melimpahnya produksi jagung nasional hingga 30 juta ton tahun 2018, membawa berkah lain, dimana jagung yang dipanen menyisakan limbah berupa tongkol atau bonggol.

Namun ditangan Dean Novel, seorang Wirausahawan Muda kelahiran Jakarta, tongkol jagung yang semula hanya limbah, dapat menghasilkan dolar.

Hal tersebut dipaparkan Dean, saat menyampaikan presentasi dihadapan Dirjen Tanaman Pangan Kementan, pada acara Sinergitas dan Akselerasi Ekspor Komoditas Pangan, di kantor Ditjen. TP, Pasar Minggu.

Dean Novel sendiri menekuni bisnis pertanian sejak tahun 2009. Alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Pancasila ini, tidak pernah bersinggungan dengan dunia pertanian, namun peluang dari program pembangunan pertanian membuatnya fokus di bisnis jagung mulai dari hulu hingga hilir.

Di hulu (On Farm), dimulai dengan mengembangkan tanaman jagung 200 hektar sebagai kebun inti di Lombok Nusa Tenggara Barat dan membangun kemitraan dengan 7.200 kepala keluarga petani jagung melalui Koperasi Dinamika Nusra Agribisnis, dengan luasan tanaman jagung 7.000 hektar, kebun plasma.

Awalnya fokus bisnis jagung pipilan untuk pakan ternak dengan perlakuan stok gudang, akhirnya PT DNA mengembangkan produksi jagung khusus subtitusi impor, berupa jagung rendah aflatoksin.

Kegiatan agribisnis jagung yang dikembangkan Dean, menghasilkan limbah berupa tongkol jagung antara 200 hingga 300 kg dari setiap ton jagung pipilan basah, limbah jagung ini akhirnya menjadi masalah.

Biasanya limbah ini paling banter jadi arang pembakar sate atau ikan, namun untuk jadi arang harus dijemur kering dan permintaannya juga rendah. Hingga akhirnya PT DNA, mendapat informasi adanya peluang pasar ekspor tongkol jagung untuk dijadikan media tanam budidaya jamur di Korea.

Corncobs Meal terlihat sederhana, tapi membuatnya tidak mudah, khususnya untuk memenuhi spesifikasi ekspor ke Korea Selatan. Selama ini hanya Cina dan Vietnam yang memasok kebutuhan corncobs meal, dari Indonesia hanya PT Datu Nusa Agribisnis, papar Dean.

“Setiap bulan kita ekspor 200 hingga 400 ton, rata-rata 300 ton setiap bulannya dengan harga 135 USD per metrik ton. Semua kita pasok dari Lombok, hingga saat ini buyer dari Korea, puas memakai produksi kita,” ungkap Dean Novel.

Ning Suparningsih