Menurut saya, hal seperti itu tidak masalah. Yang menghantui sehingga melahirkan rasa takut dengan kuburan, hantu, itu sisa-sisa pikiran yang ditanamkan lingkungan keluarga dan lingkungan tentang hantu dan sejenisnya.
Jika ada yang bertanya, dimanakan tempat yang paling angker? Jawabnya ada dihati kita masing-masing. Dan manusia itu unik. Saat di tempat ramai pusing dengan hiruk pikuk alam sekitarnya, saat berada di tempat sepi takut dengan keadaan. Jika begitu, kapan bisa merasakan hidup tenang dan nyaman?
Sepanjang yang saya tahu, belum pernah ada hantu memakan atau membunuh manusia. Yang ada itu manusia yang terbunuh karena perasaan takutnya yang berlebihan.
Matikan Logika
Awal tahun 82 di daerah saya ada orang yang melakukan “tapa pendhem” yaitu mengubur diri layaknya orang mati dan biasanya itu dilakukan 40 hari. Karena dianggap membahayakan, oleh aparat lalu dihentikan.
Pada hari ketujuh “kuburan” dibongkar. Dokter Agung, teman jagong saya, saat main ke rumah memberi informasi, saat diperiksa kesehatan bertapa itu dinyatakan tidak ada masalah.
Pada keilmuan tertentu, ada metode ekstrem seperti “tapa pendhem”. Itu dilakukan untuk menguji kesungguhan dan mateni akal (mematikan logika) atau bahasa kerennya menon-aktifkan otak kiri, mengoptimalkan otak kanan.
Secara nalar awam, tanpa oksigen yang cukup dan makanan dalam tempo sekian hari itu bisa kena maag, dehidrasi, dsb. Namun dalam prakteknya, banyak yang melakukan itu dengan selamat.
Pendekatan logikanya, orang yang (sudah) yakin, madhep mantep itu tiada keraguan itu pikirannya tenang, dalam kondisi rileks itu metabolisme tubuh dan otak menurun sehingga tidak memakan energi dari gula darah dan oksigen terlalu banyak.
Anak zaman sekarang masih ada yang mau melakukan “tapa pendhem” selama itu? Mana kuat, di dalam tanah itu tidak ada sinyal, Anda tentu pusing, karena dalam tanah tertutup itu tidak bisa main Facebook dan WhatsApp.
Masruri, penulis buku praktisi dan konsultan metafisika tinggal di Sirahan Cluwak, Pati