Oleh Sukiyo, S.Pd

Sekolah sehat merupakan sekolah yang menyadari pentingnya pembangunan kesehatan di bidang promotif dan preventif yang mendorong kemandirian warga sekolah dan masyarakat di lingkungan sekolah untuk berperilaku hidup sehat, memelihara, dan meningkatkan kesehatannya. Sekolah dasar yang sehat adalah sekolah dasar yang memiliki lingkungan sekolah yang bersih, indah, nyaman, tertib, aman dan rapi, memiliki warga sekolah yang sehat dan bugar, serta secara sadar senantiasa berperilaku hidup bersih dan sehat.

Warga sekolah meliputi setiap orang yang berperan di dalam proses belajar mengajar di sekolah antara lain peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan, dan melaksanakan tugas pokok dan fungsinya masing-masing baik sebagai pembelajar maupun pemelajar. Sedangkan masyarakat lingkungan sekolah meliputi semua masyarakat yang berada di lingkungan sekolah selain warga sekolah.

Perilaku hidup bersih dan sehat warga sekolah dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga warga sekolah mampu menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya.

Agar program sekolah terutama sekolah sehat dapat terlaksana dengan baik maka kami di SDN 1 Kalipucangkulon menggunakan program “Lipstik”, akronim dari Lima Menit Pungut dan Pilah Sampah dan Plastik. Dengan program yang kami canangkan awal tahun pelajaran 2022/2023, sekolah kami mulai berbenah agar menjadi sehat, nyaman, bersih, indah, dan cantik, lalu dapat kami rasakan manfaatnya.

Program Lipstik kami tenpatkan sebagai kegiatan pada awal masuk kelas dan menjelang pulang sekolah. Selama lima menit sebelum pelajaran dimulai, semua anak dan guru melaksanakan pungut dan pilah sampah serta plastik. Sampah dan plastik yang dipungut, dimasukkan ke dalam tong sampah yang sudah disediakan di depan ruang kelas masing masing, dikelompokkan sesuai dengan peruntukan tong sampahnya, yakni organik dan anorganik.

Sampah yang sulit dihancurkan oleh tanah adalah plastik. Plastik mengandung zat kimia yang tidak mudah dihancurkan melalui proses pembusukan oleh mikroba di dalam tanah. Bisa hancur tapi memerlukan hingga  waktu ratusan tahun.

Karena itulah, pengelolaan sampah plastik dimanfaatkan untuk pembuatan kerajinan dalam bentuk ecobrick.

Dalam praktiknya, setiap anak diberi tugas memungut sampah organik yang bisa didaur ulang dan bisa menjadi kompos. Sedangkan sampah plastik yang telah dibersihkan dari dari kotoran, dimasukkan ke dalam botol bekas air mineral yang ditempatkan di belakang kelas. Inilah yang disebut ecobrick.

Setiap hari, siswa memasukkan sampah plastik ke dalam botol sesuai nama masing-masing sampai betul-betul penuh. Sekolah memilih botol air mineral berkapasistas 1500 ml untuk difungsikan sebagai ecobrick, agar dapat memuat sebanyak mungkin sampah plastik demi mengurangi bahaya sampah plastik terhadap lingkungan. Setelah betul-betul penuh dengan plastik sampai tidak bisa diisi lagi, botol air mineral tadi menjadi keras dan kuat untuk dapat dimanfaatkan sebagai kerajinan oleh anak-anak. Misalnya untuk digunakan sebagai meja, kursi, atau rak sepatu.

Dalam melaksanakan program ini, SD kami telah mengadakan kerja sama dengan pengelola sampah dari Desa Kalipucangkulon untuk mengangkut sampah yang setiap terkumpul. Dengan jumlah peserta didik hingga 320 anak, maka kalau dikelola sendiri, sangat kerepotan mengingat penjaga sekolah hanya 1 personel.

Dengan program Lipstik” yang kami canangkan, alhamdulillah sekolah kami mulai tertata dengan baik. Taman yang kami buat kelihatan lebih segar, indah, dan menambah kecantikan sekolah kami. Ruang kelas menjadi tertata, lebih bersih, sehat dan nyaman dalam proses pembelajaran. Halaman kelihatan bersih, semua anak membuang sampah pada tempatnya.

Kami berharap, dengan program Lipstik ini tidak ada lagi sampah yang berserakan, apalagi sampah plastik yang sangat menggangu pemandangan, sangat sulit dimusnahkan oleh tanah, dan menggangu kesehatan. Melalui program ini, lambat laun sudah tidak ada sampah plastic berserakan di sekitar sekolah, karena semua anak menjadi terbiasa dengan memungut sampah plastik untuk dimasukkan ke dalam botol ecobrick. Pemanfaatannya sebagai bahan kerajinan juga bisa mendapatkan nilai lebih dari gurunya masing-masing. Harapan kami, tidak ada satu pun sampah plastik yang terbuang karena semua sampah selalu mereka masukkan ke dalam tempat khusus.

Semoga program Lipstik di sekolah kami dapat terus dilaksanakan agar pembiasaan menjaga kebersihan lingkungan terutama di lingkungan sekolah dapat terlaksana dengan baik. Tentu saja hal ini membutuhkan teladan dari kepala sekolah, guru, dan penjaga sekolah. 

Penulis adalah Kepala SDN 1 Kalipucangkulon, Kecamatan Welahan, Kabupaten Jepara