Cara Muhadi memberikan pencerahan terhadap pasien, sebelum dilakukan prana. Foto: dokpri

SERINGKALI muncul peryataan dari pasien, yang menanyakan kapan dirinya akan sembuh dari penyakit yang dideritanya.

Ternyata hanya dengan pikiran positif saja yang akan membawa kesembuhan. Namun untuk berpikir positif, tetap harus mendapatkan dukungan dari berbagai pihak. Jika dukungan tidak cukup, maka perlu adanya tambahan energi positif, yang akan memberikan dampak baik untuk kesehatan.

Metode itu bernama prana. Kita sering mendengar tentang metode ini, namun belum mengetahui secara pasti, tentang fungsinya.

BACA JUGA: DPRD Prihatin Tingginya Perceraian dan Kawin Muda di Jepara, Nur Hidayat : Pemerintah Harus Sigap

Di Kabupaten Grobogan, ada metode prana yang selalu memberikan kenyamanan untuk pasiennya. Tepatnya di Candi Joglo yang ada di Desa Krangganharjo, Kecamatan Toroh.

Adalah Muhadi yang menjadi terapis prana ini. Dengan metode prana ini, Muhadi menjelaskan fungsi prana itu, untuk mengembalikan energi murni manusia, sehingga bermuara pada kesadaran dirinya.

Di Candi Joglo, tidak hanya sebagai wisata rekreasi dan edukasi saja, namun juga menjadi wisata supranatural, lewat metode prana.

BACA JUGA: Aktifitas Terakhir Kawah Timbang Tahun 2011, Kini Alami Peningkatan Lagi

Muhadi. Foto: hana

Dijelaskan Muhadi, dirinya berniat untuk memberikan terapi prana bagi mereka yang membutuhkan bantuan, guna mengembalikan kesadaran jiwanya.

Sejak 2017, Muhadi memberikan terapi prana kepada para pasiennya, yang berasal dari berbagai kota di Jawa Tengah.

”Jadi mengembalikan energi murni itu adalah, ketika manusia sudah tercampur dengan energi negatif dari berbagai hal. Agar dirinya kembali sadar pada jiwanya, maka terapi prana ini adalah yang terbaik,” ujar Muhadi.

BACA JUGA: Aktivitas Vulkanik Dieng Meningkat, Badan Geologi : “Masyarakat Sekitar Diminta Waspada!”

Dia mencontohkan, energi negatif yang biasanya terjadi pada manusia, berasal dari penyakit. Muhadi menyebutkan, penyakit bermula dari pikiran manusia yang berujung pada stres.vApalagi jika sudah mengalami doktrinasi hal negatif, yang mempengaruhi pikirannya.

”Ketika mendapatkan energi negatif dari berbagai hal yang mengatasnamakan dirinya adalah terapis atau penyembuh dan sebagainya, maka ketika dirinya mencapai level stres, dirinya harus kembali pada kemurnian kesadarannya,” tambah Muhadi.

Meski demikian, Muhadi menjelaskan, terapi prana tidak menyembuhkan penyakit seseorang. Namun memberikan motivasi kepada orang yang sedang terpuruk itu, untuk kembali bangkit. ”Saya pakai logika saat menangani pasien, agar sama-sama belajar,” tambah Muhadi.

BACA JUGA: Aisyiyah Belajar Fiqih Kebencanaan, Deny Ana I’tikafia: Bencana Bukan Azab Allah SWT

Dari berbagai macam ahli prana, Muhadi adalah terapis yang memberikan metode logika kepada pasiennya. Sebelum melakukan terapi prana, pasien dan terapis harus saling percaya, agar terbentuk adanya komunikasi yang detail mengenai kondisinya.

Lebih lanjut disampaikan, terapi prana ini juga membutuhkan dukungan dari orang terdekat, untuk menggali informasi detail mengenai riwayat pasien. Support keluarga akan sangat membantu upaya penyembuhannya. Semakin didukung, maka proses untuk kesembuhannya semakin cepat ada perubahan.

Sekian banyak pasien yang datang, beberapa di antaranya adalah pasien yang pernah menjadi penghuni rumah sakit jiwa. Dia mencontohkan, seorang pasien yang tidak kunjung sembuh datang ke dukun, paranormal hingga berujung ke RSJ, karena sakit yang dideritanya itu.

BACA JUGA: Pemilu Tidak Akan Berhasil Tanpa Sinergitas Seluruh Unsur Penyelenggara

Disampaikan dia, dalam kondisi seperti itu, pasien datang ke Candi Joglo. Semula hanya untuk healing atau menghilangkan sejenak penat yang dirasakannya itu, namun di suatu kesempatan, mereka bertemu langsung dengan Muhadi, pengelola Candi Joglo.

”Dari situ mengalir cerita, hingga akhirnya melakukan prana di sini. Dan sampai saat ini, orang itu sudah sehat dan kuat, bisa berpikir positif, dan menemukan jiwanya lagi,” ujar Muhadi.

Disebutkannya, seorang terapi prana ini tidak abal-abal. Harus memiliki sertifikat. Dirinya pun sudah mendapatkan sertifikat, dan melakukan terapi prana dengan ratusan pasien yang datang.

BACA JUGA: Membangun Karakter Anak di Era Digital

Selain menggunakan logika, atau sebelum melakukan prana, Muhadi juga lebih dulu mengetahui kondisi riwayat pasien secara medis. ”Jiwa yang bolong-bolong itu akan menjadi terisi, karena adanya energi positif atas prana ini,” ungkap Muhadi.

Dalam terapi prana ini, Muhadi menyebut seperti psikiater yang menangani pasiennya. Namun untuk penanganannya, dia tidak menggunakan obat. ”Kami hanya memberikan energi positif, dan mengajak pasien untuk mengenal kembali Tuhan yang dipercayainya,” tutur Muhadi.

Pengobatan prana ini tidak dikaitkan dengan agama. Namun, prana bisa menjadi salah satu cara mirip konseling psikologi, agar pasien merasa dia tidak sendiri saat mengalami sakit.

BACA JUGA: Persiapan IISMA 2023 UPT KLI UNS Gelar Sosialisasi 

Metode ini juga berlaku bagi pasien yang mengalami permasalahan rumah tangga. Berbagai pasien datang kepadanya, dengan ragam keluhan yang ada di rumah tangganya.

”Namun kembali lagi kepada logika. Sebelum prana, apa yang menjadi masalah utama dalam jiwa manusia itu, kita kembalikan menjadi murni,” tambah Muhadi.

Dia kemudian berpesan kepada seluruh masyarakat, agar menjaga kesehatan tubuhnya dengan memancarkan hal yang positif. ”Ketika orang sakit auranya terlihat negatif. Maka pada diri si sakit itu, harus di-support dengan energi positif, dengan cara mengelola pola pikir, gaya hidup, pola makan dan ibadah yang kuat,” pesan Muhadi.

Tya Widya