blank
H A Mukholis, Direktur PKBM Wonosobo, foto dengan penguji dan pembimbing program doktor PLS Universitas Negeri Malang. Foto : SB/Muharno Zarka

WONOSOBO(SUARABARU.ID)-Pada tahun 2005 lalu H A Mukholis merampungkan kejar paket C atau yang setara dengan ijazah SMA sederajat. Kini, Direktur PKBM Prospek itu sudah menyelesaikan pendidikan S3 Pendidikan Luar Sekolahnya di Universitas Negeri Malang. Daya juangnya belajarnya itu berasal dari keaktifannya di organisasi sosial.

Judul Disertasi pria asli Wonosobo itu yakni Aksesibilitas dan Partisipasi pada Pendidikan (Studi Fenomologi Alumni Pendidikan Kesetaraan di Kabupaten Wonosobo).

Pembimbing pria kelahiran tahun 1974 tersebut di antaranya Prof Dr Supriyono, MPd, Prof Dr Ach Rasyad, MPd, Dr Endang Sri Redjeki, MS dan penguji tamu Prof Dr Tri Joko Raharjo, MPd, serta Dr M Ishaq, M.Pd selaku koordinator program studi S2 dan
S3 PLS FIP UM

Menurut A Mukholis, penelitian yang dilakukan menggali dan mengidentifikasi tentang Alumni dalam mengakses dan berpartisipasi pada pendidikan. Mencakup alumni dalam mengakses dan memaknai pendidikan kesetaraan dan alumni dalam berpartisipasi dan memaknai pendidikan kesetaraan.

“Tujuannnya untuk menganalisis alumni dalam mengakses dan memaknai pendidikan kesetaraan dan menemukan teori tentang partisipasi alumni pada pendidikan kesetaraan. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan desain studi fenomologi,” katanya.

Dijelaskan, lokasi penelitian diambil di Wonosobo yang termasuk daerah miskin. Salah satu indikatornya adalah rata-rata lama sekolah masih rendah, dan banyaknya anak putus sekolah.

“Di sana ada 18 lembaga PKBM dan satu SPNF SKB Wonosobo yang merupakan satuan pendidikan nonformal yang menyelenggarakan pendidikan kesetaraan,” ujar dia.

Hasil penelitiannya, lanjut Mukholis, menunjukkan pada satuan lembaga penyelenggara pendidikan kesetaraan di Wonosobo dapat memberi kemudahan pada alumni untuk berpartisipasi pada pemajuan pendidikan. khususnya non formal.

“Dibuktikan dengan temuan lapangan bahwa aksesibilitas yang dimaksud adalah mudahnya mengenyam pendidikan karena adanya kesempatan,” bebernya.

Pendidikan non formal, tambah dia, bukan hanya menjadi pengganti. Namun bisa memperkuat sistem pendidikan yang ada di Indonesia.

Riwayat Hidup

blank
H A Mukholis, Direktur PKBM Wonosobo, lulus program doktor PLS Universitas Negeri Malang. Foto : SB/Muharno Zarka

H A Mukholis, terlahir dari keluarga yang tidak beruntung dalam pendidkan. Setelah lulus SD di desanya, dia mengikuti pendidkan MTs Ma’arif NU Gondang Watumalang Wonosobo tanpa bisa membayar biaya sekolah. Sehingga orang tua penulis menyerahkan kepada pihak yayasan agar terbebas dari biaya sekolah.

Setelah lulus MTs pada tahun 1990 peneliti tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya karena faktor ekonomi orang tua. Pada tahun 2005 peneliti lulus pendidikan kesetaraan paket C setara SMA di PKBM Handayani Banjarnegara.

Atas motivasi dari pengelola PKBM Handayani Banjarnegara Syaefullah, peneliti meneruskan pendidikan ke jenjang selanjutnya. Selesai S1 Pendidikan Luar Sekolah (PLS) dari Perguruan Tinggi swasta di Yogyakarta pada tahun 2011. S2 Manajemen Pendidikan diraih pada tahun 2013.

Keaktifannya di organisasi sosial kemasyarakatan menghantarkan peneliti semangat terus belajar, dan mendorong dirinya untuk memfasilitasi masyarakat khususnya teman sebaya yang putus sekolah agar bisa mengenyam pendidikan guna mencapai legalitas.

Dengan keprihatinannya atas kurangnya kesadaran lingkungan terkait pendidikan, pada tahun 2005 peneliti mendirikan satuan pendidikan non-formal yaitu PKBM Prospek di Wonosobo.

Program utama yang dijalankan adalah pendidikan kesetaraan dan pendidikan life skills. Didasari dengan sebuah visi “Menggapai PROduktifitas, Membangun PerSPEKtif, Menuju Masyarakat Pembelajar, Sejahtera Lahir dan Batin”. Hingga saat ini telah memiliki alumni pendidikan kesetaraan lebih dari 2.000 orang.

Bukan saja menjadi Direktur PKBM Prospek, peneliti juga aktif di lembaga pendidikan formal. Sebagai sektretaris Yayasan Al Fatah Gondang, yang menjadikan peneliti turut bagian menjadi pendiri dan menjadi kepala Madrasah Aliyah (MA Alfatah Gondang) tahun 2009, tahun 2012 atas dawuh para Kiai untuk mendirikan MTs Ma’arif NU Banyukembar sekaligus sebagai Kepala MTs.

Sebagai alumni pondok pesantren, peneliti aktif juga sebagai Ketua Yayasan Annuhudl Wonosobo, sebuah yayasan pondok pesantren yang menjadi almamaternya di waktu mudanya. Tercatat sejak tahun 2015-2019, dan 2019-2024 sebagai ketua FK-PKBM Kabupaten Wonosobo. Hingga kini peneliti juga menjadi bagian dari pengurus organisasi FK-PKBM Jawa Tengah.

Sebagai seorang alumni pendidikan kesetaraan yang aktif berorganisasi merasa tertantang dengan pandangan sebagian kelompok masyarakat yang masih memandang dengan sebelah mata atas eksistensi dan partisipasi alumni pendidikan kesetaraan.

Pendidikan kesetaraan masih dianggap sebagai jalur pendidikan alternatif yang nilainya sangat rendah. Kompetensi akademik alumni pendidikan kesetaraan masih diragukan. Bahkan bagi sebagian alumni pendidikan kesetaraan enggan untuk menampakkan almamaternya sebagai alumni pendidikan kesetaraan.

Kulus Doktor

blank
H A Mukholis, Direktur PKBM Wonosobo, setelah lulus program doktor PLS Universitas Negeri Malang. Foto : SB/Muharno Zarka

Dari pandangan masyarakat dan pemahaman tersebut mendorong peneliti untuk terus belajar demi menjawab dan memberi bukti bahwa, alumni pendidikan kesetaraan juga mampu berbuat dan mampu berdiri sejajar dengan alumni pendidikan sekolah formal.

Dengan segala keterbatasan yang dimiliki, tahun 2020 peneliti memberanikan diri mendaftar sebagai mahasiswa program Doktor di Fakultas Ilmu Pendidikan jurusan Pendidikan Luar Sekolah (PLS) Universitas Negeri Malang (UM).

Jarak tempuh yang jauh dari tempat tinggal peneliti yang beralamat di Wonosobo Jawa Tengah dengan kampus di Malang Jawa Timur ternyata tidak membuat kesulitan dalam mengikuti kuliah.

Apalagi saat itu model kuliah yang mengharuskan dengan media online atau daring karena pandemi global Covid-19. Atas suport dan motivasi dari para dosen membuat semangat yang membara untuk semua mahasiswa S3 PLS angkatan 2020, dengan sebutan “Pejantan Tangguh” karena satu angkatan terdiri dari 10 mahasiswa yang semua berjenis kelamin laki-laki.

Lulus pada semester lima menjadi target dan komitmen bersama, yang menuntut pejantan tangguh untuk tidak malas dalam mengikuti proses dan semua tahapan perkuliahan. Kompak dan penuh kesetiaan dalam persahabatan walau tatap muka jarang dilakukan, jarak satu dengan yang lain sangat jauh namun tidak ada batas ruang dan waktu untuk terus berkomunikasi dan bersilaturahim.

Sebagai mahasiswa program doktor, ternyata harus ekstra dalam meluangkan waktu dan pikirannya guna menyesuaikan atas penerimaan materi-materi perkuliahan yang diberikan. Apalagi peneliti yang berlatar bekakang alumni paket C setara SMA jelas sangat jauh penguasaan akademiknya jika disandingkan dengan pejantan tangguh lainnya, yang mereka dari aktivis kampus dan sebagai pejabat di instansi mereka bekerja.

Hanya bermodal semangat dengan prinsip “jika orang lain bisa, saya juga pasti bisa” maka semua tahapan perkuliahan mampu dilalui dengan baik. Sudah pasti dalam menuntut ilmu atau dalam proses meraih cita-cita apa saja ada kendala dan rintangannya.

Selama empat semester perkuliahan dilaksanakan dengan daring dengan tatap muka beberapa kali saja di setiap semesternya masih bisa diikuti dengan nyaman tanpa merasa ada tekanan. Tetapi saat sudah masuk semester lima aroma sibuk dalam rangka menyelesaikan naskah disertasi menjadi sangat menyengat, apalagi di akhir-akhir menjelang ujian.

Peneliti merelakan waktu hingga berhari-hari bahkan berminggu-minggu menetap di Malang demi menyelesaikan dan memperbaiki naskah disertasi. Kurang ini kurang itu, revisi sana revisi sini, wira-wiri menghadap pembimbing adalah bagian terindah dalam menjalani proses akhir perkuliahan.

Sebagai mahasiswa dia merasakan betapa pentingnya memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru. Manut dengan apa yang diperintahkan oleh dosen dan segera melakukan apa yang disarankan oleh pembimbing, yang pada akhirnya itu semua demi kebaikan dirinya.

Muharno Zarka