JEPARA (SUARABARU.ID) -Pusat Studi Aswaja An-Nahdliyyah (PSAA) Universitas Islam Nahdlatul Ulama (UNISNU) Jepara bekerjasama dengan jaringan Gusdurian Jepara, PMII Jepara, dan Pondok Pesantren Darut Taqrib Jepara gelar Forum Diskusi Kemisan Aswaja An-Nahdliyyah dengan topik bedah buku yang berjudul Pendidikan Multikultural di Pesantren Syiah (15/12).
Kegiatan ini berlangsung di halaman Laboratorium School PGPAUD Unisnu Jepara dengan narasumber Ahmad Saefudin, M.Pd.I., selaku penulis buku, Ustadz Muhlisin Turkan, Lc.,serta Fuad Fahmi Latif, M.Pd., sebagai pembedah. Acara bedah buku Pendidikan Multikultural di Pesantren Syiah dimoderatori oleh Aulia Rahmah, anggota Jaringan Gusdurian Jepara.
Diskusi bedah buku diawali oleh pemaparan Ustadz Muhlisin Turkan, Lc., terkait hasil analisanya terhadap buku Pendidikan Multikultural di Pesantren Syiah. Ia menjelaskan ada empat poin yang menarik dari buku tersebut.
“Saya mendapatkan empat perspektif dari buku ini. Pertama, buku ini menimbang dari dua sisi, dari sisi Sunnah dan dari sisi Syiah yang masing-masing merujuk pada otoritas dan kepakaran di wilayah tersebut. Kedua, buku ini memiliki objektifitas yang luar biasa,. Penulis memaparkannya dengan penuh kejujuran, tidak ada keberpihakan apapun dan betul-betul menyerahkan kesimpulan kepada pembaca. Ketiga, semangat membangun dan membumikan kerukunan umat beragama. Keempat, penulis mencoba menepis isu-isu yang berkeliaran di masyarakat yang membenturkan antara golongan Sunnah dan Syiah,” jelasnya saat memaparkan materi kepada peserta diskusi.
Pembedah kedua, Fuad Fahmi Latif, M.Pd., menambahkan dalam buku ini terdapat hal-hal yang menarik untuk dipahami. Utamanya tentang relasi antar kelompok Sunni dan Syiah serta fenomena mental model yang sering menjangkiti masyarakat Sunni ketika memahami golongan syiah.
“Sebetulnya kita ini tidak perlu khawatir jika berteman dengan orang yang berbeda golongan, bahkan beda agama sekalipun. Kita merupakan bagian dari golongan pada struktur sosial yang membangun hubungan relasi keagamaan dan keberagamaan yang baik. Sehingga munculah moderasi agama, multikulturalisme beragama, dan wasathiyah,” paparnya.
Ahmad Saefudin, M.Pd.I., selaku penulis buku menyampaikan bahwa buku ini hadir untuk melihat secara mendalam fenomena tentang relasi Sunni dan Syiah di Jepara. Selama ini, hubungan Sunni dengan Syiah di luar Jepara kerap diwarnai konflik. Tapi tidak terjadi di Jepara.
“Sunni-Syiah di Jepara aman-aman saja. Tidak seperti di daerah lain, seperti Sampang. Makanya Jepara layak jadi model percontohan hubungan antar penganut mazhab. Itulah salah satu alasan kenapa saya menulis dan meneliti tentang pendidikan multicultural di pesantren Syiah,” ungkap Ahmad Saefudin
Acara diskusi dihadiri oleh perwakilan dari organisasi mahasiswa meliputi BEM Unisnu Jepara, BEM Fakultas Unisnu Jepara, UKK, UKM, dan juga dihadiri oleh anggota Gusdurian Jepara serta kader PMII Jepara. Perwakilan Ahlulbait Indonesia (ABI) dan santri Pondok Pesantren Darut Taqrib juga antusias mengikuti jalannya diskusi secara luring dan daring melalui aplikasi Zoom dan live Youtube Aswaja Nahdliyyah Channel.
Hadepe – AS