Dirinya mendorong jajarannya untuk berkolaborasi dalam menciptakan inovasi produk-produk yang mendukung kemajuan pariwisata, tidak sekedar program-program konvensional. Mbak Ita mencontohkan pemakaian QRIS dan hingga e-wallet yang dapat mempermudah wisatawan dalam bertransaksi selama melakukan kunjungan di Kota Semarang.
“Seperti sebelumnya kami sudah membahas Smart Tourism. Turis mancanegara jika ke sini tidak perlu tukar uang ke rupiah tapi bisa menggunakan e-wallet yang otomatis menyesuaikan mata uang kita. Pelaku usaha juga harus memiliki pemikiran yang inovatif seperti sudah menyediakan sistem QRIS hingga mesin edc,” jelas Mbak Ita.
Diperlukan juga komunitas-komunitas untuk mendukung. Setiap melangkah, kita pasti ada kekurangan. Nah kekurangan ini akan ditutupi oleh masukan-masukan dari komunitas. “Ada Genpi, komunitas transportasi publik. Ini yang diperlukan kolaborasi seperti ini dan Saya sangat senang teman-teman sudah mulai bisa berkolaborasi, tidak lagi mengedepankan ego sektoral. Kalau kita bicara digitalisasi ada Kominfo, Disbudpar pengampu pariwisata. Kalau nanti pariwisatanya tinggi, multiplier-nya orang bisa berbelanja banyak di sini akhirnya apa kesejahteraan masyarakat intinya di situ,” imbuh Mbak Ita.
Terkait sejauh mana digitalisasi telah diterapkan di kota yang dipimpinnya, Mbak Ita berpendapat bahwa digitalisasi di Kota Semarang sudah berjalan dengan cukup baik namun kolaborasinya belum maksimal. Dirinya berharap, ke depannya melalui digitalisasi, dapat tercipta integrasi dalam mengakses transportasi publik.
“Seperti beli tiket kereta api sudah bisa online tapi kan belum terkoneksi dengan moda transportasi setelahnya (bus/transportasi online). Sekarang ini mau tidak mau, suka tidak suka pada saat kemarin saya ada penilaian di Komisi Informasi Publik itu juga ditanya serba digitalisasi. Kemarin kita juga sudah meresmikan signage building sehingga wisatawan yang ingin tahu (mengenai objek wisata yang ada) bisa scan QR code,” pungkasnya.
Workshop tersebut diikuti oleh perwakilan dari penyedia jasa transportasi seperti Maxim, Gojek, Grab, PT KAI, Angkasa Pura, ASITA Jawa Tengah, pihak pemerintahan seperti Dinas Perhubungan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, dan stakeholders lainnya.
Workshop tersebut bertujuan untuk menciptakan langkah strategis guna mengoptimalkan sarana prasarana dan media informasi pada komunitas transportasi maupun pada Pemerintah Kota Semarang sehingga akan mendukung pengembangan dan pembangunan Kota Semarang, utamanya dalam bidang pariwisata.
Hery Priyono