WONOGIRI (SUARABARU.ID) – Objek Wisata Spiritual Kahyangan, Desa Dlepih, Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri, digoncang lagi oleh targedi pengunjung tenggelam hilang. Kali ini, menimpa Suparno (54) warga asal Dusun Bangsren, Desa Makamhaji, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo.
Seperti diberitakan, usai melakukan ritual doa di Sela Pesalatan pertapaan Danang Sutawijaya (Panembahan Senapati), bersama rekannya Inama Arani (35), terpeleset jatuh ke Kedung (Lubuk) Pasiraman, tenggelam dan hanyut. Inama selamat, karena tersangkut batu. Tapi Suparno hilang sejak Minggu (4/12) dan sampai berita ini ditulis belum ditemukan.
Tragedi kematian pengunjung Kahyangan kerap terjadi. Bahkan seorang mantan pejabat eselon I Kepala Kanwil tingkat provinsi sebuah instansi pemerintah, pernah ditemukan membusuk saat bertapa di depan Sela Payung Kahyangan Dlepih, Tirtomoyo, Wonogiri.
Budayawan Jawa peraih anugerah Bintang Budaya, KRA Drs Pranoto Adiningrat MM, mengatakan, sebagai tempat petilasan pertapaan Panembahan Senapati, Kahyangan Dlepih termasuk tempat yang wingit (angker). Abdi dalem Keraton Surakarta yang mantan Kepala Dinas Pariwisata Pemuda Olahraga (Disparpora) Kabupaten Wonogiri ini berkata: ”Pengunjung sebaiknya berbekal hati suci, tidak aneh-aneh dan mematuhi pantangannya.”
Pranoto yang juga mantan Kepala Bappeda dan mantan Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Pemkab Wonogiri ini, mengatakan, bila memang diniati untuk melakukan ritual di Kahyangan, sebaiknya meminta agar dipandu Juru Kunci. Ngarso Dalem Raja Hamengku Buwono (HB) Keraton Yogyakarta, mengangkat Juru Kunci Kahyangan sebagai Abdi Dalem dengan gelar Hargo Surakso.
Juru kunci Kahyangan ini berganti secara runtemurun mewaris dari ayah ke anak secara terus menerus. Keraton Yogyakarta pada waktu tertentu, masih mengirim Tim Abdi Dalem, untuk melakukan ritual labuhan ke Kahyangan Dlepih, Tirtomoyo, Wonogiri.
Ratu Kidul
Karena menurut misteri lintas gaib sebagaimana dituliskan di Buku Bau Warna Tata Cara Adat Jawa (Karya Drs R Harmanto Bratasiswara), digambarkan adanya sketsa rentang garis gaib antara Keraton Yogyakarta dengan Kahyangan Dlepih, Laut Selatan dan Gunung Merapi.
Dalam sejarahnya, Kahyangan Dlepih pernah menjadi tempat bertapa Danang Sutawijaya untuk memohon wahyu raja. Dalam menjalani spiritual, Danang Sutawijaya (Panembahan Senapati) berhasil mencapai tingkat kegaiban yang tinggi. Yakni mampu bertemu dengan Kanjeng Ratu Kidul.
Bahkan Penguasa Laut Selatan tersebut, bersedia membantu Danang Sutawijaya beserta keturunannya menjadi Raja. Itu terbukti, Danang Sutawijaya, kemudian berhasil naik tahta menjadi Raja dan tampil sebagai tokoh pendiri Dinasti Kerajaan Mataram Islam Tanah Jawa.
Bagi pengunjung yang indigo atau memiliki kepekaan spiritual, mudah mendapatkan sinyal getaran gaib sebagai pertanda Kahyangan Dlepih sebagai tempat sakral. Yang dijaga oleh Danyang Udanonggo.
Objek wisata Kahyangan Dlepih, berlokasi sekitar 45 Kilometer (KM) arah tenggara dari Ibukota Kabupaten Wonogiri. Berupa kawasan hutan pegunungan yang di tengahnya mengalir Kali Kahyangan sebagai hulu Kali Wiroko (anak Sungai Bengawan Solo).
Akik Bertuah
Memiliki tempat-tempat yang penyebutan namanya diawali dari kata Sela. Yakni Sela Bethek, Sela Tangkep, Sela Payung, Sela Pesalatan dan Sela Gowok. Juga memiliki Lubuk yang disebut sebagai Kedung Pasiraman (tempat laku kungkum Panembahan Senapati).
Kalangan tua Desa Dlepih, menuturkan, dulu di tengah Kedung Pasiraman ada batu kambang besar yang konon menjadi rendezvous Panembahan Senapati dengan Kanjeng Ratu Kidul. Tapi sejak Zaman Jepang (sekitar 1942), batu kambang itu hilang diduga hanyut oleh banjir besar.
Dikisahkan, saat rendezvous dengan Ratu Kidul, keberadaannya ‘kamanungsan’ (diketahui manusia) oleh wanita desa pencari dedauan hutan, Ny Puju. Kaget atas kedatangan manusia, mendadak Ratu Kidul melesat pergi.
Tanpa disadari, gerak refleknya memutuskan rangkaian tasbeh Panembahan Senapti. Menjadikan mata tasbeh ambyar berhamburan tenggelam ke dalam Kedung Pasiraman. Menjelma menjadi batu-batu akik bertuah.
Jenisnya seperti Akik Bonglot (kehitam-hitaman), Walirang Bang (berlubang tengah), Manik Tirta atau Manik Toya warna putih, Nila Pakaja warna kebiru-biruan dan Manik Mlaka (ungu).
Bambang Pur