Oleh : Hadi Priyanto
Perjalanan panjang peradaban Jepara menjadi sebuah tantangan yang menarik untuk membingkai kebesaran sejarah dan budayanya dalam sebuah solusi desain arsitektur yang berakar kuat pada jati diri Jepara.
Harapannya sejarah dan budaya Jepara, bukan hanya kenangan masa lalu , tetapi juga menjadi sebuah karakter utuh, yang harus dibangkitkan di masa kini, sebagai pegangan generasi penerus, menjawab tantangan masa depan.
Itu pula yang nampaknya melandasi Winasis Jadmiko dalam mengikuti Sayembara Desain Beautifikasi Kawasan di Kabupaten Jepara dan kemudian memenangi sayembara.
Bukan hanya itu, dalam menyusun konsep mempercantik wajah kota Jepara, ia juga menyesuaikan dengan konsep dan bentuk landmark dan tata kawasan yang sudah ada di Jepara. Patung tiga wanita pejuang yang berada di Ngabul tetap menjadi acuan bentuk dasar
Karena itu dalam konsep arsitektur perencanaan desain beautifikasi di tiga jalan utama Jepara yaitu Jln Pemuda, Jln. Kartini dan Jln Diponegpro ia juga mempertimbangkan fasilitas yang sudah dibangun Pemerintah Kabupaten Jepara. Harapannya agar desain baru ini tidak banyak merubah yang telah ada. Namun saling menguatkan.
Ia juga memilih lokasi – lokasi yang belum tersentuh penataan dan konstruksi saat ini. Tujuannya apabila kelak desain ini diaplikasikan, tidak akan banyak membongkar yang sudah ada.
Menurut Winasis Jadmiko, saat melakukan perancangan desain ia menghadapi sejumlah tantangan. Pertama, kesesuaian konteks desain baru dengan eksisting kota Jepara yang sudah ada, Kedua : Nilai luhur masa lalu yang harus dibawa ke masa kini tidak sekedar dekoratif, Ketiga : Alokasi dana per koridor yang sudah ditetapkan oleh panitia sayembara sebesar Rp. 1 milliar. Keempat :perencanaan tidak hanya dekoratif tapi juga fungsional baru yang dapat memunculkan wajah baru kota Jepara dengan fondasi sejarah dan budaya Jepara.
Empat Tokoh
Dalam studi yang diakukan, Winasis Jatmiko menyimpulkan ada 4 tokoh Jepara yang memiliki karakter kuat dan bisa diangkat mewakili sejarah dan budaya Jepara. Generasi pilihan masa lalu ini memilki nilai nilai kehidupan yang harus diwariskan ke masa kini yaitu Ratu Shima, Ratu Kalinyamat, RA Kartini dan RMP Sosrokartono. Kombinasi karakter niLai 4 tokoh inilah yang disampaikan kepada generasi muda agar tetap ‘survive’ di kehidupan kini dan masa depan
Secara garis besar, karakter nilai yang bisa diambil dari keempat tokoh tersebut ialah, Ratu Shima keadilan dan kemakmuran, Ratu Kalinyamat; wawasan global, anti kolonialisme dan memiliki armada yang kuat, RA Kartini ; pentingnya ilmu pengetahuan dan emansipasi serta RMP Sosrokartono: jati diri yang tidak goyah oleh duniawi, hati yang selalu damai.
Koridor Jalan Pemuda
Akan dipercantik dengan desain Gerbang Kalingga yang mencerminkan peradaban tua. Degan demikian seperti kembali ke jaman kerajaan kalingga 1400 tahun yang lalu. Mahkota Ratu Shima, diadopsi sebagai gapura masuk kota. Ini dilakukan karena kurang adanya literasi dasar mengenai bentuk gerbang kerajaan Kalingga. Sedangkan meterial yang digunakan adalah material batu Candi Angin sebagai wakil dari jaman Kalingga. Pada spot ini ada tulisan KALINGGA , 675 MASEHI yang terbuat dari huruf besar menyala, pedestrian dengan aksesibilitas, penutup lantai teraso, bangku taman, lampu, aseoris logam, serta vegetasi.
Koridor Jalan Kartini
Akan dipercantik dengan desain RA Kartini mengajar. Direncanakan ada obor baru di sekitar kaki tugu Kartini, yang berarti cahaya menerangi kegelapan. Hal ini diperlukan karena selama ini tugu Kartini terlihat kurang terang di malam hari.
Taman Kartini mengajar dibangun menggantikan taman DPUPR. Taman ini berupa foto Ibu Kartini sedang mengajar dengan bingkai ukiran. Foto ini unik, karena selama ini sosok ibu Kartini hanya popular dengan wujud foto portrait atau patung portrait. Padahal aksi nyata RA Kartini ialah mengajar. Dengan Taman Kartini Mengajar menegaskan peran Kartini di masa itu. Sedangkan plaza dengan aksesibilitas, penutup lantai teraso, bangku taman, lampu, asesoris logam, bingkai ukiran, serta vegetasi.
Sedangkan di perempatan tugu PKK, dipercantik dengan desain latar Drs RMP Sosrokartono dan tugu emas menggantikan tugu PKK. Spot Sosrokartono ini disebut ruang untuk menata hati berupa area terbuka baru , di sudut barat perempatan tugu PKK kini. Sebagai latar/ plaza ruang terbuka yang bisa dipakai untuk apresiasi seni dan pertunjukan skala kecil dengan latar kata kata bijak Sosrokartono. Harapannya ini menjadi tempat nongkrong yang keren, kekinian, instagramable, namun syarat akan ajaran luhur tentang kehidupan. Sedangkan plaza dengan aksesibilitas, penutup lantai teraso, bangku taman, lampu, asesoris logam serta vegetasi.
Sementara tugu PKK, dirubah menjadi tugu emas, sebagai simbol kejayaan Jepara saat dipimpin oleh Ratu Shima. Pada masa itu sang ratu hendak menguji kejujuran rakyatnya, dengan meletakkan emas di perempatan. Hingga bertahun tahun, tidak ada yang berani mengambil atau menyentuhnya. Hingga suatu ketika emas tersebut tersentuh oleh kaki putra sang ratu. Meski putra sendiri, ketegasan dan keadin sang ratu tetap pada pendiriannya, sang putra tetap dihukum. Tugu ini tidak hanya keren namun juga syarat dengan ajaran kejujuran ketegasan dan keadilan
Koridor Jalan Diponegoro
Pada koridor ini dibangun Taman Jung Kalinyamat atau Jung Jepara yang menggunakan taman kota seluas ukuran 5m x 15m. Taman ini untuk menggambarkan kejayaan masa Ratu Kalinyamat yang dilambangkan dengan kekuatan armada kapal besar yang menjadi icon taman ini. Jung Jepara ini merupakan simbul penyerbuan armada Ratu Kalinyamat terhadap kekuasaan penjajahan Portugis dan sekaligus spirit antikolonialisme. Sedagkan plaza dengan aksesibilitas, replika kapal besar, penutup lantai dan dinding kayu , bangku taman, lampu, asesoris logam, asesoris maritime, serta vegetasi.
Dengan wajah kota yang semakin cantik dengan tema sejarah dan budaya Jepara ini diharapkan dapat menjadi daya tarik kota Jepara. Disamping itu juga untuk menyiapkan ruang publik yang dapat menjadi media edukasi dan sekaligus menjadi kebanggaan warganya. (*)