blank

Oleh : Heri Suprayitno

Sekolah dasar adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia. Sekolah dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6. Lulusan sekolah dasar dapat melanjutkan pendidikan ke tingkat SMP/SLTP. Pelajar sekolah dasar umumnya berusia 6-12 tahun.

Karena itu pembiasaan membaca sangat penting dilakukan pada tahapan pendidikan dasar ini.  Literasi adalah istilah umum yang merujuk kepada seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.

Sehingga, literasi tidak bisa dilepaskan dari kemampuan berbahasa. Membentuk budaya minat baca dapat dilakukan sejak dini, lingkungan anak berpengaruh dalam menumbuhkan minat baca, salah satunya sekolah.

Menurut Darmono (2007): “Pada lingkungan sekolah, usaha pengembangan minat baca dapat dilakukan dengan prinsip jenjang dan pikat yaitu adanya usaha untuk memikat pengguna untuk mulai menyenangi kegiatan membaca dan upaya untuk mengkondisikan perlunya penyediaan materi bacaan yang sesuai dengan perkembangan peserta didik yang dapat memperkuat minat baca anak.”

Menurut Kemendikbud (2016: 2), Pengertian Literasi Sekolah dalam konteks GLS adalah kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis, dan/atau berbicara.

Gerakan Literasi Sekolah (GLS) adalah sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh dan berkelanjutan untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik.

Pojok Baca Kelas

GLS di Sekolah Dasar dilaksanakan secara bertahap dengan mempertimbangkan kesiapan masing-masing sekolah. Kesiapan ini mencakup kesiapan kapasitas fisik. sekolah (ketersediaan fasilitas, sarana, prasarana literasi), kesiapan warga sekolah (peserta didik, tenaga guru, orang tua, dan komponen masyarakat lain), dan kesiapan sistem pendukung lainnya (partisipasi publik, dukungan kelembagaan, dan perangkat kebijakan yang relevan). Karena itu sekolah harus menyediakan sarana dan prasarana penunjang literasi.

Adapun lingkungan sekolah sangat berpengaruh bagi peserta didik dalam mengembangkan kegiatan belajar, terlebih lingkungan sekolah dapat memberikan dukungan dalam penumbuhan minat baca. Gerakan Literasi Sekolah adalah gerakan sosial dengan dukungan kolaboratif berbagai elemen. Upaya yang ditempuh untuk mewujudkannya berupa pembiasaan membaca peserta didik.

Pembiasaan ini dilakukan dengan kegiatan 15 menit membaca (guru membacakan buku dan warga sekolah membaca dalam hati,yang disesuaikan dengan konteks atau target sekolah). Ketika pembiasaanmembaca terbentuk, selanjutnya akan diarahkan ke tahap pengembangan, dan pembelajaran (disertai tagihan berdasarkan Kurikulum 2013).

Kegiatan ini sudah dilakukan di sekolah kami yaitu di SD Negeri 1 Lebak Kecamatan Pakis Aji Kabupaten Jepara. Kegiatan ini di mulai dari 15 menit di awal yg masing-masing kelas dimulai dengan membaca dalam hati dengan materi buku yang dipinjam dari perpustakaan sekolah.

Kegiatan membaca dalam hati ini berlaku untuk kelas tinggi, sedangkan kelas rendah dilakukan dengan cara anak membaca surat-surat pendek Al Quran dengan pergantian surat setiap minggunya. Variasi kegiatan dapat berupa perpaduan pengembangan keterampilan reseptif maupun produktif juga melibatkan warga sekolah, pemangku kepentingan, dan masyarakat bahwa gerakan literasi sekolah merupakan bagian penting dari kehidupan (Kemendikbud,2016: 7-8).

Gerakan Literasi Sekolah dilaksanakan bertujuan untuk menumbuhkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah guna menjadikan peserta didik menjadi memiliki budaya membaca yang tinggi serta kemampuan menulis (Kemendikbud, 2016: 2). Tujuan umum gerakan literasi sekolah yaitu menumbuh kembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam Gerakan Literasi Sekolah agar mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat.

Penulis adalah Guru SD Negeri 1 Lebak, Pakis Aji Jepara