Minyak dan gas sumber kekayaan Qatar. Dan, inilah kantor Qatar Petroleum, perusahaan minyak Qatar. Foto: STR/EPA-EFE

QATAR, nama negara ini dalam sebulan ke depan akan selalu dibincangkan. Ya, tentu saja karena Piala Dunia, gelaran final ke-22 sepak bola dunia dilangsungkan di negeri ini, Nvember hingga Desember mendatang.

Ya, Qatar merupakan sebuah negara kecil di kawasan Teluk, Timur Tengah dengan  populasi kurang lebih 2,8 juta jiwa. Namun, hal ini berbanding terbalik dengan popularitas Qatar di kancah global yang jauh lebih luas dari wilayah negaranya. Berdasarkan data dari Global Finance Magazine pada 2021, Qatar menempati urutan keempat sebagai negara terkaya di dunia.

Hal ini dibuktikan dengan tingginya jumlah Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita negara ini yang ditafsir dapat mencapai US$ 50,805.46 atau sekitar Rp 753 Juta. Pendapatan tersebut berasal dari kekayaan minyak dan gas alam yang dimiliki Qatar. Berkat cadangan energi yang berlimpah, telah menjadikan Qatar salah satu pusat pengekspor minyak terbesar di dunia.

Berdasarkan data yang dirilis BP Statistical Review of World Energy 2020, pada tahun 2019 Qatar memiliki cadangan minyak sebesar 25,2 miliar barrel. Jika dibandingkan dengan 20 tahun lalu cadangan minyak Qatar hanya mencapai 13,1 miliar barrel. Namun, angka produksi minyak per hari Qatar pada tahun 2018 jauh lebih tinggi dibandingkan pada tahun 2019.

Pada tahun 2018 Qatar memproduksi sebanyak 1,9 juta barrel per hari sedangkan tahun 2019 hanya mencapai 1,8 juta barrel saja dalam sehari. Sementara itu, angka konsumsi minyak di Qatar jauh lebih sedikit hanya mencapai 346.000 barrel per hari angka ini jauh lebih rendah daripada hasil produksi.

Kekayaan Qatar tidak hanya pada minyak, akan tetapi juga menjadi salah satu negara  yang memiliki cadangan gas alam terbesar di dunia setelah Rusia yang memiliki 38 triliun meter kubik dan Iran mencapai 32 triliun meter kubik.

Qatar sendiri memiliki sekitar  24,7 triliun meter kubik. Luas cadangan gas alam yang dimiliki Qatar diperkirakan mengalahkan jumlah cadangan gas alam di seluruh Asia Pasifik yang hanya mencapai 17,7 triliun meter kubik.

Migas Sumber Kekuatan Ekonomi

Minyak dan gas alam merupakan sumber kekuatan perekonomian Qatar. Terutama di tengah gempuran pandemi covid-19 dalam beberapa tahun terakhir. Meskipun sempat mengalami krisis, ekonomi negara ini masih menunjukkan ketahanan dan berhasil tumbuh sekitar 2% pada tahun 2021.

Dalam hal ini, Qatar dapat dikatakan menjadi salah satu negara yang berhasil bertahan melewati gelombang ketidakpastian ekonomi dunia. Tidak hanya itu, belakangan ini perang Rusia dan Ukraina telah memberikan dampak signifikan dalam tatanan global, terutama bagi negara yang bergantung pasokan energi pada Rusia.

Urgensi untuk mendapatkan pasokan sumber energi yang baru menjadi lebih genting dan mendesak untuk keberlangsungan aktivitas masyarakat beberapa negara dalam beberapa bulan terakhir, setelah Rusia memberhentikan pasokan ke Polandia dan Bulgaria di tengah aksi perang. Dalam hal ini, secara bersamaan Qatar menjadi negara yang diuntungkan.

Sebelumnya, negara kawasan Eropa telah menjadikan Rusia sebagai pemasok kebutuhan energinya mencapai hingga 40%. Namun setelah Rusia memutuskan untuk  menyerang Ukraina, Australia dan negara kawasan Teluk termasuk Qatar hadir menjadi sekutu komersial dengan  meningkatkan ekspor Liquified Natural Gas (LNG) ke kawasan Eropa.

LNG sendiri merupakan gas yang didinginkan dan memiliki harga jual lebih tinggi dari gas alam. Selain lebih mahal, LNG juga lebih mudah untuk diangkut dan dapat dimuat ke kapal yang tidak memerlukan pembangunan jaringan pipa gas besar dengan investasi jutaan dolar jangka panjang untuk keperluan pengangkutan.

Oleh karena itu, pada tahun 2019 Qatar merencanakan untuk meningkatkan 60% kapasitas ekspor pada tahun 2027 mendatang, peluang jangka menengah untuk memasok LNG ke kawasan Eropa akan memberikan keuntungan secara ekonomi bagi Qatar jika direalisasikan dengan kesepakatan.

Sebagai negara monarki semi-konstitusional dalam rencana ini Qatar tidak akan kesulitan untuk mendapatkan dukungan politik dari berbagai pihak internal negara ini, karena kepala pemerintahan dipimpin langsung oleh Perdana Menteri.

Melalui rencana tersebut, upaya ekspansi Qatar mulai terlihat melalui kesepakatan dengan perusahaan milik negara Qatargas untuk meningkatkan produksi di kawasan North Field, sebuah anjungan raksasa lepas pantai yang meluas ke perairan Iran dan salah satu cadangan gas alam terbesar di dunia.

Dari ekspansi ini diperkirakan dapat  meningkatkan kapasitas produksi LNG dari 77 juta menjadi 110 juta ton pada tahun 2025, seiring dengan peningkatan permintaan pasar yang kian melonjak. Negara Eropa seperti Jerman telah melakukan pendekatan ke Qatar untuk mengamankan impor LNG tambahan. Pendekatan yang sama juga dilakukan oleh negara-negara tetangganya.

Ekspor 85 Persen Bahan Bakar Mineral

Jika dilihat dari produk ekspor Qatar,  tercatat sebanyak 85% berupa bahan bakar mineral yang senilai US$62. Kemudian, disusul plastik 3,29%, pupuk 1,93%  alumunium 1,86 %, dan bahan kimia organik 1,16 %.

Sedangkan untuk tujuan ekspor sendiri mayoritas adalah negara Asia seperti Jepang yang menjadi tujuan ekspor paling favorit pada dengan nilai sebesar 18,6 % pada tahun 2019, disusul oleh Korea Selatan 15,5 %, dan China 12,3 %.

Melihat pemulihan perekonomian Qatar yang semakin progresif, diperkirakan akan membukukan rebound pertumbuhan yang kuat dengan permintaan LNG di Asia Selatan dan Asia Timur untuk menopang prospek jangka menengah, ditambah lagi peluang permintaan dari Eropa pasca perang Rusia-Ukraina. Ekonomi Qatar diproyeksikan meningkat menjadi 4,1% pada tahun 2022 dan 4,5% pada tahun 2023.

Muhammad Zulfikar Rakhmat merupakan Dosen Hubungan Internasional UII dan alumni jurusan Hubungan Internasional, Universitas Qatar.