9 Filosofi Jawa yang Penuh Makna, Wejangan Kanjeng Sunan Kalijaga

suarabaru.id – Sunan Kalijaga adalah salah satu ulama Wali Songo yang dikenal paling luas pengaruh dan cakupan dakwahnya di tanah Jawa.

Sejarah hidup Sunan Kalijaga tidak semulus yang dibayangkan. Sebelum menjadi pendakwah, dia adalah penjahat. Riwayat kehidupan Sunan Kalijaga melintas-batas era kerajaan di Jawa yang silih-berganti.

Dilahirkan dengan nama Raden Said pada sekitar 1450 Masehi, Sunan Kalijaga merupakan putra Tumenggung Wilatikta, Bupati Tuban.

Di masa mudanya, Raden Said dikenal dengan remaja nakal yang suka berjudi, minum minuman keras, mencuri, dan melakukan banyak perbuatan tercela.

Suatu waktu, Raden Said kena batunya, orang yang akan dirampoknya adalah Sunan Bonang. Karena pengaruh Sunan Bonang itulah, Raden Said akhirnya sadar dan bertobat, serta tidak lagi merampas harta dan melakukan perbuatan tercela.

Sunan Bonang kemudian menjadi guru spiritual Raden Said. Selain belajar Islam kepada Sunan Bonang, Raden Said juga menekuni kesusasteraan Jawa Filosofi Jawa dan belajar mendalang.

Inilah 9 Filosofi yang diajarkan oleh Sunan Kalijaga :

1. URIP IKU URUP.
“Hidup itu Nyala. Hidup itu hendaknya memberi manfaat bagi orang lain di sekitar kita, semakin besar manfaat yang bisa kita berikan tentu akan lebih baik”.

2. MEMAYU HAYUNING BAWANA.
Manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan; serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak.

3. SURO DIRO JOYO JAYADININGRAT, LEBUR DENING PANGASTUTI.
“Segala sifat keras hati, picik, angkara murka, hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati dan sabar”.

4. NGLURUK TANPO BOLO, MENANG TANPO NGASORAKE, SEKTI TANPO AJI-AJI, SUGIH TANPO BONDHO.
“Berjuang tanpa perlu membawa massa; Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan; Berwibawa tanpa mengandalkan kekuatan; Kaya tanpa didasari kebendaan”.

5. DATAN SERIK LAMUN KETAMAN, DATAN SUSAH LAMUN KALANGAN.
“Jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri; Jangan sedih manakala kehilangan sesuatu”.

6. OJO GUMUNAN, OJO GETUNAN, OJO KAGETAN, OJO ALEMAN.
“Jangan mudah terheran-heran; Jangan mudah menyesal; Jangan mudah terkejut-kejut; Jangan mudah kolokan atau manja”.

7. OJO KETUNGKUL MARANG KALUNGGUHAN, KADONYAN LAN KEMAREMAN.
“Janganlah terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi”.

8. OJO KUMINTER MUNDAK KEBLINGER, OJO CIDRA MUNDAK CILAKA.
Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah; Jangan suka berbuat curang agar tidak celaka.

9. OJO ADIGANG, ADIGUNG, ADIGUNO.
Jangan sok kuasa, sok besar, sok sakti.