Rumah itu tempat untuk pulang. (Ilustrasi). Foto: R. Widiyartono

R. Widiyartono

Ketika Pulang

Di sini angin bebas berhembus
Dari sela ranting dan daun
Dan, kokok ayam hutan jantan
Sesekali sayup terdengar di kejauhan

Ketika kau menikmati buah-buahan
Dari toko atau penjual di pinggir jalan
Di sini aku bisa memetik dari pohonnya
Dan langsung menikmati manis segarnya

Di sini kisah lama bagai diputar kembali
Tentang anak-anak yang berlari
Karena dikejar kerbau atau sapi
Yang mungkin dendam karena sering dikerjai

Rumah lama yang penuh cerita
Rumpun bambu yang tetap terjaga
Beberapa memang berubah
Niscaya, karena angin pun selalu berubah arah

Yang teramat kuhayati
Waktu di sini serasa berhenti
Pagi bagai tidak segera berganti
Meski siang sudah menanti

Tls. 31 Jan 25

 

Ketika di Sawah

Sawah ini masih cukup luas
Ukurannya juga tidak berubah
Masih juga berhiaskan batang padi yang menghijau
Yang kemudian disusul padi bernas menguning

Tentu ada yang berubah di sini
Tak lagi kutemui kerbau atau sapi
Saat mengolah tanah dimulai
Berganti mesin traktor mini

Ada yang menyedihkan di sini
Menggarap sawah tak cukup dengan traktor mini
Masih perlu tenaga untuk ndhaut, matun, dan menuai padi
Tetapi kerja di pabrik lebih mereka minati

Kadang terpikir di hati tanaman padi harus diganti
Dengan tanaman yang lebih bernilai tinggi
Karena dalam hitungan bertanam padi selalu merugi
Tapi itulah petani tak pernah berpikir untung-rugi

Sawah ini tanah pusaka yang harus dijaga
Kerna kami tak pernah membayar untuk mendapatkannya
Hanya perlu kesadaran untuk mempertahankannya

Tls. 31 Jan 2025

 

Ketika Ziarah

Beringin besar itu telah lama tumbang
Pohon benda bergetah pemikat burung juga sudah ditebang
Pohon semboja yang tak lagi rindang
Begitu pula kuntabima dan pakis yang kian jarang

Selalu ada kerinduan untuk datang
Sekadar menyiangi gulma dan rumputan
Dan menyapu dedaunan kering gersang
Di sekitar makam berhiaskan batu nisan

Di sini bersemayam mereka yang telah berjasa
Berjuang bukan semata buat mereka
Tetapi buat kami yang dikasihinya
Ikhlas berkorban untuk segala

Di sini aku menabur bunga dan berdoa
Mohon Tuhan menuntun dan menyerta
Untuk bisa meneruskan harapan dan cita-cita mereka
Dan meyakini bahwa Tuhan telah limpahkan damai sejahtera

Tls. 31 Jan 2025

R. Widiyartono, wartawan, penulis, tinggal di Semarang