blank
Bupati Indrata Nur Bayu Aji (busana putih), menancapkan bendera pataka panji kehormatan Pacitan. Ini dilakukan dengan lebih dulu naik ke panggung setinggi 10 Meter yang dibangun di Perempatan Penceng, Kota Pacitan.(Dok.Pemkab Pacitan)

PACITAN (SUARABARU.ID) – Doa lintas agama ikut disertakan dalam Ruwat Jagat. Event budaya dan religi ini, Sabtu (5/11), digelar oleh Konsorsium Kangen Pacitan bekerjasama dengan Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga (Disparbudpora) Kabupaten Pacitan.

Prokopim Pemkab Pacitan, mengabarkan, ribuan masyarakat tumpah ruah menyaksikan jalannya prosesi Ruwat Jagat. Mereka memadati sepanjang tepian ruas jalan utama Kota Pacitan.

Prosesi Ruwat Jagat ini, diawali dari halaman Pendapa Kabupaten Pacitan, menyuguhkan beragam pesona budaya. Untuk mendukung sukses event tersebut, lapangan Jogokaryan ditata dalam kemasan menarik dengan balutan seni yang menawan.

Gending-gending Jawa terdengar mengalun indah mengiringi prosesi Ruwat Jagat. Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji dan Wakil Bupati Pacitan Gagarin, hadir mengenakan busana adat. Juga hadir Gubernur Jatim yang diwakili Kepala Bakorwil Madiun, jajaran Forkopimda beserta para pimpinan perangkat daerah serta tokoh masyarakat.

Sebagai pembuka acara, disajikan tari Bedhaya Jagat disertai puja-puji mantera doa oleh Mbah Sarpun dan pemotongan tumpeng oleh Bupati Pacitan Indrata Nur Bayu Aji. Kemudian dilanjutkan dengan doa bersama dipimpin oleh Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Pacitan, KH Abdullah Sajad.

Menyapa Warga

Potongan tumpeng ikut diarak dalam prosesi kirab budaya menyapa warga, menuju panggung utama di perempatan Penceng. Beramai-ramai jalan kaki, melewati ruas jalan utama Kota Pacitan, dengan membawa serta bendera pataka panji kehormatan Kabupaten Pacitan beserta panji-panji dari 12 Kecamatan se Kabupaten Pacitan.

Sepanjang jalan yang dilewati prosesi kirab Ruwat Jagat, dihias dengan penjor-penjor janur. Masyarakat budaya dari berbagai sanggar seni, komunitas seniman dan para pelajar dari sejumlah sekolah, menyajikan beragam pertunjukan seni budaya.

Para seniman dari Wonogiri, Solo, Yogyakarta dan dari luar Jawa, ikut ambil bagian dalam memeriahkan event kebangkitan budaya setelah pandemi Covid-19 tersebut. Usai pembacaan deklarasi oleh Bupati Indrata Nur Bayu Aji, disajikan Tari Thethek Melek yang biasa ditampilkan masyarakat pedesaan untuk sarana pengusir hama.

blank
Tarian tradisional Bedhaya Jagat, ikut ditampilkan sebagai acara pembuka event Ruwat Jagat di Pacitan, Jatim.(Dok.Prokopim Pacitan)

Di sepanjang jalan menuju panggung utama di Perempatan Penceng, dihadirkan sesaji ratusan tumpeng yang dijejer rapi dan siap untuk disantap bersama oleh warga.

Tiba di panggung utama, bendera pataka panji kehormatan Kabupaten Pacitan beserta panji-panji dari 12 kecamatan ditancapkan di atas gunungan raksasa setinggi kurang lebih 10 Meter (M).

Kethek Ogleng

Selanjutnya, dilaksanakan doa lintas agama dan suku, untuk memohon anugerah Tuhan agar Pacitan aman, ayem tentrem bahagia dan sejahtera.

Bupati Pacitan Indrata Nur Bayu Aji, mengatakan, Ruwat Jagat ini menjadi momentum untuk merenung, apalagi dengan kondisi akhir-akhir ini yang banyak diwarnai kemunculan bencana. ”Semoga dengan Ruwat Jagat ini, akan menambah empati dalam meningkatkan kewaspadaan dan ikhtiar kita,” kata Bupati.

Melalui event budaya bernilai kearifan lokal (local wisdom) ini, diharapkan mampu melejitkan popularitas Pacitan sebagai daerah wisata. Tujuannya, agar Pacitan sebagai The Hidden Paradise ini makin dikenal masyarakat.

Sabtu malam (5/11), dipentaskan Tari Kethek Ogleng, Barong Abang, Grasak, Rampak Buto, Pasalewangen, Tari Keling dan Keniak Etnik.

Bambang Pur