blank
Para peserta dan pemateri foto bersama seusai mengikuti Diskusi Mahasiswa di Gedung V lantai 6 Fakultas Teknik Pangan Universitas Semarang pada 20 Oktober 2022. (foto:humas USM)

SEMARANG (SUARABARU.ID)- Sebanyak 500 mahasiswa Universitas Semarang (USM) mengikuti Diskusi Mahasiswa yang digelar UKM Pengawal Ideologi Bangsa (PIB) USM kerja sama dengan Kesbangpol Jateng di Gedung V lantai 6 Fakultas Teknik Pangan Universitas Semarang pada 20 Oktober 2022.

Kegiatan yang diselenggarakan dalam rangka meningkatkan nasionalisme berdasar Pancasila itu mengambil tema ”Dimanakah Nilai Pancasila dalam Kenaikan BBM”.

 

Kegiatan menghadirkan pemateri Wakil Rektor III USM, Dr Muhammad Junaidi SHI MH dan Pembina UKM PIB USM, Dr Tri Mulyani SPd SH MH.

Dalam pemaparannya, Tri Mulyani mengatakan, nilai – nilai Pancasila merupakan sumber hukum dimana merupakan cita dan tujuan setiap hukum di Indonesia. Hal itu lebih nyata lagi tertuang dalam pembukaan UUD 1945 yang menyatakan untuk memajukan kesejahteraan umum.
”Jadi kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM dapat dikatakan atas pertimbangan kepentingan kesejahteraan rakyat. Boleh demo tapi dengan cara – cara yang baik sesuai dengan nilai – nilai Pancasila,” kata Tri.

Sementara itu, Dr Muhammad Junaidi,S.HI.,M.H mengatakan, anggaran subsidi BBM tahun 2022 meningkat menjadi 3 kali lipat, dari nilainya Rp 152,5 triliun berubah ke Rp 502,4. Hal itu sangan membebani APBN.

Di sisi lain penerapan subsidi yang dibatasi belum diberlakukan walau pemerintah sudah mengeluarkan perintah dan Bantuan Langsung Tunai juga sudah berjalan untuk masyarakat tidak mampu.

”’Ada 3 skenario yaitu jika tambah subsidi dan kompensasi maka jumlahnya akan jebol sampai 698 triliun. Skenario kedua, pengendalian volume konsumsi BBM bersubsidi karena konsumsi terus meningkat. Skenario ketiga, menaikkan harga BBM bersubsidi dimana hasilnya akan dipakai untuk hal – hal yang lebih tepat untuk kesejahteraan rakyat,” ungkapnya.

Ketua UKM Pengawal Ideologi Bangsa (PIB) USM, Rusgiharto mengajak mahasiswa menggunakan rasionalitas sebagai bukti kemahasiswaannya.

”Jangan ikut-ikutan, jangan hanya emosi apalagi tidak didukung data dan kajian yang valid, melakukan pergerakan tanpa tahu apa yang sesungguhnya sedang di demo kan,” ujarnya.

Dia berharap, dari diskusi mahasiswa tersebut muncul setiap mahasiswa Universitas Semarang selaras dengan visi kampus dimana menghasilkan sumber daya insani yang profesional, beradab serta ber-keIndonesiaan.

”Dengan begitu akan menjadi mahasiswa – mahasiswa yang siap mengawal ideologi bangsa Indonesia yaitu Pancasila,” tandasnya.

Muhaimin