JEPARA(SUARABARU.ID) – Ada yang unik dalam Festival Literasi Siswa jenjang SMP di Kabupaten Jepara pada Rabu (19/10/2022). Pada cabang lomba cipta puisi, panitia menghadirkan motivator seorang sastrawan senior, Didit Endro S. Pemilik Sanggar Seni Gaperto Jepara yang telah belasan tahun rutin menggelar even nasional Lomba Baca Puisi Kreatif (LBPK) itu dihadirkan untuk memotivasi peserta terus berkarya di bidang sastra.
Plt. Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Jepara Ali Hidayat saat membuka kegiatan tersebut di aula kantornya mengatakan, berbagai kompetisi rutin digelar Disdikpora untuk memberi ruang berkreasi dan menggali potensi siswa.
“Narasumber seperti beliau kita butuhkan untuk memotivasi kita menghasilkan karya sastra yang baik,” katanya.
Dalam kesempatan itu dia minta jajarannya di satuan pendidikan benar-benar membekali peserta didik dengan kompetensi multidisiplin. Bekal itu, katanya, dibutuh untuk menuju Indonesia emas 2045.
Kepada peserta lomba, dia berpesan untuk terus menjaga nilai-nilai budaya bangsa.
“Hargai kebhinekaan kita. Lebih 17 ribu pulau dengan berbagai suku bangsa, jika terus menghargai kebhinekaan maka NKRI harga mati akan terus bertahan,” kata Ali Hidayat.
Dia mengingatkan nenek moyang bangsa Indonesia yang memiliki nilai gotong-royong kuat. Nilai itu harus terus dipertahankan.
“Kemegahan candi Borobudur adalah salah satu bukti sejarah karya besar bangsa kita yang memiliki budaya gotong-royong,” katanya.
Pada kesempatan itu, Ali Hidayat juga membacakan puisi karya Proklamator Ir. Soekarno Aku Melihat Indonesia. Dia juga menyerahkan bantuan penyelenggaraan kegiatan sastra yang kebetulan ditangani juri Iskak Wijaya dan motivator Didit Endro S.
Widyaprada Ahli Muda yang juga Sub-Koordinator Pengendalian Mutu SMP Wuriyanto mengatakan Festival Literasi Siswa jenjang SMP mendapat animo besar dari siswa, baik untuk bidang cipta puisi maupun story telling.
Cipta puisi diikuti 53 siswa sedangkan story telling diikuti 41 siswa.
Hadiah untuk juara 1 sampai 3 berturut-turut Rp2,5 juta, Rp2.25 juta, dan Rp2 juta.
“Ini merupakan apresiasi untuk jerih payah anak-anak yang telah mengikuti lomba,” kata Wuriyanto.
Saat memberi pembekalan, Didit Endro menyebut, puisi adalah ungkapan kejujuran berdasar moral kebudayaan masing-masing penulisnya.
“Makanya gaya puisi setiap penulis berbeda, sesuai latar kebudayaannya,” kata Didit.
Kepada peserta, dia berpesan agar tidak takut kalah, tapi juga jangan bangga kalau menang.
“Karena kemenangan puisi itu ada di sini,” katanya sambil menunjuk ke dalam dada.
Dia juga berpesan agar peserta jangan pernah malas menulis puisi.
“Hidup kita adalah puisi. Tinggal memuitislan saja. Dengan puisi saya telah berkeliling 57 kota di Indonesia,” katanya.
Hadepe