blank
Ilustrasi lukisan saat Amangkurat II mengeksekusi Trunojoyo dengan menusukan keris tepat di jantungnya.

JEPARA (SUARABARU.ID)- Pemberontakan Raden Trunojoyo dibantu laskar dari Makassar yang dipimpin Karaeng Galesong benar-benar membuat Amangkurat I menjadi kewalahan. Raja Mataram penerus Sultan Agung bergelar Susuhunan Prabu Amangkurat Agung (Amangkurat I) ini semakin terdesak setelah Trunojoya berhasil menguasai Istana Mataram di Plered.

Sebenarnya, pemberontakan Trunojoyo ini awalnya didukung oleh Adipati Anom, putra mahkota Amangkurat I. Karena Adipati Anom merasa ayahnya sudah terlalu dekat dengan Belanda. Trunojoyo dijanjikan oleh Adipati Anom akan diberi kekusaan penuh wilayah Madura jika berhasil menggulingkan ayahnya. Namun melihat kekuatan Trunojoyo yang semakin membesar, Adipati Anom berbalik arah mendukung ayahnya. Karena khawatir Mataram akan jatuh ke tangan Trunojoyo.

blank
Benteng VOC Belanda yang dibangun pada Abad ke- 16. Tempat dimana Perjanjian Jepara berlangsung. (Foto: Wikipedia).

Setelah Istana Plered berhasil dikuasai Trinojoyo, Amangkurat I dibantu Adipati Anom melarikan diri. Dalam keadaan sakit, di tengah perjalanan, Amangkurat I menghembuskan nafas terakhir, dan dimakamkan di sebuah tempat dekat kota Tegal. Sebelum meninggal, Amangkurat I berpesan kepada Adipati Anom untuk meminta bantuan kepada VOC Belanda dalam menghadapi Trunojoyo.

Adipati Anom semakin cemas melihat dukungan kepada Trunojoyo semakin kuat. Perlawanan Trunojoyo mendapatkan dukungan dari orang-orang Madura, dan Panembahan Giri dari Surabaya, ulama’ keturunan Sunan Giri. Para ulama’ ini masih menyimpan rasa sakit hati terhadap Amangkurat I atas pembantaian ulama pada 1648.

De Graaf (1989) dalam ‘Terbunuhnya Kapten Tack’ menyebutkan bahwa Pangeran Adipati Anom akhirnya mengikuti nasehat ayahnya menuju satu-satunya tempat yang luput dari air bah laskar Trunojoyo yakni loji Belanda di bukit Jepara (hlm. 5). Disini Adipati Anom bertemu dengan Cornelis Speelman.

Pada tahun 1677 terjadi perjanjian antara Adipati Anom dengan VOC Belanda yang diwakili oleh Speelman untuk menumpas pemberontakan Trunojoyo. Perjanjian itu dikenal dengan nama ‘Perjanjian Jepara’. Setelah perjanjian tersebut, Adipati Anom diangkat menjadi raja baru Mataram bergelar Amangkurat II.

Speelman memperoleh banyak keuntungan dari perjanjian dengan Amangkurat II tersebut. Cukup untuk memenuhi kebutuhan Kompeni Belanda. Beberapa dari isi perjanjian Jepara antara lain, seluruh biaya perang menghadapi Trunojoyo harus ditanggung Mataram. Kedua, VOC meminta semua pelabuhan dipesisir utara dari Karawang sampai ujung Jawa digadaikan kepada VOC. Dan akan dikembalikan setelah Mataram melunasi hutangnya.

Syarat ketiga, seluruh wilayah Mataram antara sebelah barat Sungai Pamanukan hingga pesisir selatan diserahkan kepada VOC. Keempat, VOC diberi hak monopoli untuk perdagangan kain dari India dan Persia, serta beras di seluruh wilayah Mataram. Kelima, VOC diperbolehkan menempatkan pasukannya di ibukota Mataram.

Meskipun Amangkurat II harus membayar mahal atas perjanjian dengan VOC dalam menumpas pemberontakan Trunojoyo, namun Amangkurat II menyetujui semua isi perjanjian tersebut. Bahkan Amangkurat II hutang kepada VOC untuk membangun istana baru di Kartasura, Solo untuk menggantikan Istana Plered yang telah dihancurkan Trunojoyo.

Kekuatan VOC Belanda dikerahkan untuk menumpas pemberontakan Trunojoyo. Gabungan ribuan prajurit Mataram, Kompeni Belanda, dan pasukan Arung Pallaka berangkat dari pelabuhan Jepara menuju Surabaya tempat pasukan Trunojoyo berada.

Gabungan pasukan Mataram dan Kompeni Belanda mendapat perlawanan sengit dari pasukan Trunojoyo. Hingga pada akhirnya pasukan Trunojoyo terdesak dan melarikan diri menuju Kediri. Trunojoyo sempat lolos dari kejaran VOC menuju lereng Gunung Kelud. Namun, pasukan musuh terus mengejarnya dan akhirnya Trunojoyo tertangkap pada penghujung tahun 1679. VOC kemudian membawanya ke hadapan Amangkurat II.

Amangkurat II memutuskan bahwa Trunojoyo harus dihukum mati. Pada 2 Januari 1680, eksekusi dilakukan langsung oleh sang raja baru. Amangkurat II menusukan kerisnya tepat di jantung Trunojoyo. Sebelum mencabut kerisnya, Amangkurat II berkata, ”Aku ampuni kamu dan mengangkatmu sebagai Adipati Madura”.

ua