KOTA MUNGKID ( SUARABARU.ID)– Siti Alfiah (51) salah satu warga Dusun Kenalan III, Desa Kenalan, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang tidak akan pernah melupakan peristiwa tanah longsor dan banjir yang ia lihat secara langsung dan terjadi Selasa ( 12/10/2022) sore.
Alfiah mengaku, saat peristiwa tersebut dirinya sedang berada di teras depan rumahnya bersama dengan keluarganya. Dirinya melihat langsung kejadian tanah longsor dan banjir yang terjadi di lereng Bukit Menoreh.
Menurutnya, beberapa menit sebelum tanah longsor tersebut menimpa kandang ternaknya pada Selasa ( 11/10) sore, sekitar pukul 15.00 WIB, terdengar suara bergemuruh disertai hujan yang cukup deras. Setelah itu disusul terjadi getaran di seluruh bangunan rumahnya.
Baca juga Alat Berat Tidak Bisa Masuk Lokasi Bencana, Pembersihan Material Longsoran Dilakukan Manual
“Sebelumnya ada angin kencang disertai hujan yang cukup deras. Setelah itu terdengar suara gemuruh. Lama-kelamaan juga terasa adanya getaran,” kata Siti Alfiah, Rabu (12/10/2022).
Ia menjelaskan, saat mendengar suara gemuruh yang atas bukit yang berjarak hanya sekitar 100 meter dari rumahnya tersebut, membuat dirinya panik dan tidak bisa lari dari rumahnya, karena di depan halaman rumahnya banyak batang pohon yang melintang.
Kepanikan tersebut semakin bertambah, karena ia tidak bisa membawa lari ibunya yang sudah lansia. Dan, dirinya hanya bisa pasrah kepada Tuhan Yang Mahakuasa.
“Lari ke mana sudah tidak bisa, karena sudah panik, dan akhirnya hanya bisa pasrah kepada Gusti Allah,’’ ujarnya.
Ia masih bersyukur, karena dalam suasana yang panik dan bencana tersebut datang secara tiba-tiba, seluruh anggota keluargannya masih selamat.
Namun, dalam bencana alam tersebut dirinya kehilangan sejumlah ternak yang dipeliharanya. Yakni, sembilan ekor kambing, 13 ekor ayam dan 15 ekor menthog terkubur hidup-hidup.
Baca juga Tertimbun Tanah Longsor, 11 Kambing dan 17 Menthog Terkubur Hidup-hidup
“Ternak –ternak tersebut sebenarnya merupakan celengan ( tabungan,red) untuk keperluan bila suatu saat mendatang memerlukan dana yang banyak untuk berbagai keperluannya,” ujarnya.
Di tengah kesedihannya, saat para relawan sedang membersihkan material lumpur dan puing-puing kandang ternaknya, Rabu ( 12/10), tersirat sedikit kebahagian. Karena, satu dari 15 ekor menthog yang ada di kandang tersebut ditemukan dalam keadaan hidup. Sedangkan, lainnya ditemukan sudah dalam keadaan tidak benyawa lagi.
Siti Alfiah menambahkan, selain merusak dan menimbun hewan ternak yang ada di dalam kandang, bencana tersebut juga menghancurkan rumah milik budhe-nya yang bernama Sri Isah. Sedangkan satu rumah yang terdampak dari bencana tersebut dan berada di sisi bawah rumahnya tersebut milik adiknya yang bernama Kabito.
Ia menambahkan, saat kejadian tersebut budhe-nya yang bernama Sri Isah tersebut sedang tidak berada di rumah tersebut, melainkan sedang berada di rumah anaknya yang tidak jauh dari lokasi tersebut.
“Saat kejadian, budhe sedang ada di rumah anaknya, sehingga terhindar dari bencana tersebut,” ujarnya .
Meskipun rumah tinggalnya tidak mengalami kerusakan, namun dirinya bersama dengan keluarganya memutuskan untuk sementara mengungsi di salah satu kerabatnya yang tidak jauh dari rumahnya tersebut.
Hal itu dilakukan, untuk mewaspadai kemungkinan adanya longsoran susulan yang berasal dari tebing yang hanya berjarak sekitar 100 meter dari tempat tinggalnya.
W. Cahyono