blank
SOSIALISASI-Direktur Pengembangan Destinasi I Kemenparekraf, Wawan Gunawan, Wakil Ketua Komisi X DPR RI, H Abdul Fikri Faqih dan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Brebes, Rofiq Qoidul Adzam foto bersama disela sosialisasi. (foto: Sutrisno)

BREBES (SUARABARU.ID) – Paradigma pemerintah pada sisi pariwisata selalu orientasinya jumlah. Misalnya, 20 juta wisatawan dari mancanegara, pada 2019 ternyata hal itu tidak terpenuhi yang hanya 15 juta wisatawan. Itupun 2/3 ke Bali dan 1/3 tersebar ke mana-mana.

“Oleh karena itu dengan perubahan paradigma kita harus memperluas cakrawala. Jadi destinasi wisata itu apa. Real setelah pandemi Covid-19. Saat ini orang ke obyek wisata bukan hanya untuk refreshing saja tapi mereka juga ingin tetap aman, nyaman dan tidak tertular penyakit dan seterusnya. Disinilah peluang untuk mengembangkan yang disebut Desa Wisata,” kata Wakil Ketua Komisi X DPR RI, H Abdul Fikri Faqih disela Sosialisasi Peningkatan Kualitas Pengelolaan dan Jejaring Desa Wisata di Hotel Grand Dian Brebes, Selasa (11/10/2022).

Menurut Fikri memang Desa Wisata buat kecemburuan bagi yang di kota. Sebenarnya di kota juga ada namanya Kampung Tematik.

Fikri menyampaikan, OW Waduk Malahayu Brebes merupakan potensi wisata bagus dan andalan. Tidak kalah dengan danau Alster yang ada di Hamburg, Jerman. Alster itu buatan dan dijangkau hanya 15 menit selesai. Sedangkan untuk mengitari Waduk Malahayu 15 menit tidak cukup dan Waduk Malahayu tidak seluruhnya buatan.

“Yang buatan bendungannya. Sedangkan sekitarnya itu natural lanscape asli. Hanya bedanya di Jerman dingin di kita panas dan itukan urusan selera saja. Jadi potensi Waduk Malahayu luar biasa,” ungkap Fikri.

Seperti hutan mangrove yang ada di Brebes lebih bagus yang ada di Thailand. Ini real bukan omong kosong. Kalau dicari kehebatan terutama natural lanscape, potensi wisata alam di Brebes itu banyak dan jauh lebih bagus.

Disebutkan, di Kementrian Pariwisata APBN dari 3.000 Triliun dialokasikan ke Kemenparekraf hanya 3,7 Triliun. Itu kan jauh sekali. Harapannya Pariwisata menjadi tulang punggung Indonesia dengan potensi devisa terbesar melampaui minyak, gas, batubara, sawit dan sebagainya karena sebelum Covid-19 itu 23 dolar devisa negara dari ekonomi kreatif kemudian 21 miliar dolar dari pariwisata digabung menjadi 44 miliar dolar itu devisa mengalahkan semua tapi, faktanya politik Will.

“Jadi, pemerintah pusatpun hanya ekspetasi mealokasikan anggaran hanya 3,7 Triliun. Dan Komisi X sudah mendorong,” terang Fikri.

Direktur Pengembangan Destinasi I Kemenparekraf, Wawan Gunawan menyampaikan, bagaimana komitmen yang ada di daerah, Pemerintah Daerahnya. Hal itu paling penting. Seberapa jauh keberpihakan para kepala daerah terhadap sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.

Wawan mengatakan, begitu semangat menggaungkan pariwisata dan berapa anggaran untuk menopangnya. Kalau anggarannya kecil ya mohon maaf. Kita hanya bertepuk sebelah dada.

Sektor pariwisata dan ekonomi kreatif tidak bisa dikerjakan oleh Dinas Pariwisata, tidak akan selesai dikerjakan oleh Kemenparekraf dengan ribuan desa seluruh Indonesia tapi, paling tidak apa yang menjadi kebijakan Kemenparekraf seperti inovasi, adaptasi dan kolaborasi harus diwujudkan tidak hanya sebagai jargon.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Brebes, Rofiq Qoidul Adzam mengakui bahwa Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) OW Waduk Malahayu tidak tergoncangkan dengan politik desa.

Rofiq menambahkan, Brebes sudah punya 10 Desa Wisata bahkan akan bertambah lagi. Seperti di mangrove sudah ada 58 negara sahabat yang sudah berkunjung. Bahkan di setiap akhir tahun sekira bulan November – Februari menjadi pusat kajian dan penelitian para mahasiswa.

Sutrisno