festival Lima Gunung
Direktur Wahid Institut, Zannuba Ariffah Chafsoh atau yang lebih dikenal dengan panggilan Yenni Wahid saat mengajak para seniman Komunitas Lima Gunung dan penonton Festival Lima Gunung XXI mendoakan para korban kerusuhan suporter di Stadion Kanjuruhan Malang, Jawa Timur.Foto: W. Cahyono

KOTA MUNGKID (SUARABARU.ID)- Direktur Wahid Institut, Zannuba Ariffah Chafsoh atau yang lebih dikenal dengan panggilan Yenni Wahid mengajak para seniman dari Komunitas Lima Gunung dan masyarakat Dusun Mantran Wetan mendoakan para korban kerusuhan  suporter di Stadion Kanjuruhan Malang, Jawa Timur.

Nyuwun pandongaken sedherek sedaya ( mohon doanya saudara-saudara semuanya), untuk mendoakan rekan –rekan sebangsa kita yang kemarin kapundhut ( meninggal) di Malang. Para supporter Arema  yang kemarin terlibat kerusuhan  usai pertandingan sepak bola ,” kata Yenni Wahid  di sela-sela acara puncak Festival Lima Gunung (FLG)  XXI di Dusun Mantran Wetan, Desa Girirejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, Minggu ( 2/10/2022).

Yenny berharap, kerusuhan suporter sepak bola yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur tersebut  tidak terulang kembali.  Selain itu, putri kedua Presiden RI ke- empat RI, Abdurrahman Wahid ( Gus Dur)  juga meminta masyarakat di Dusun Mantran Wetan dan seluruh seniman dari Komunitas Lima Gunung  mendoakan  korban yang meninggal dunia mendapatkan tempat yang layak di sisi –Nya.

“Semoga kejadian tersebut tidak terulang kembali. Tetapi kita juga mendoakan bagi mereka yang telah menghadap Tuhan Yang Maha Esa mendapatkan tempat yang layak di sisi- Nya,” ujarnya.

Menurutnya, berkesenian seperti yang dilakukan oleh para seniman dari Komunitas Lima Gunung bisa mendamaikan suasana kebangsaan agar tetap sejuk dan dingin.’

Ia menambahkan, salah satu fungsi dari Festival Lima Gunung yang merupakan event tahunan seniman tani di lima gunung, yakni Gunung Merapi, Merbabu, Andong, Menoreh  dan Sumbing, yakni berkesenian dan berkebudayaan.

“Ketika ada persoalan di masyarakat, wong ora gampang-gampang ngamuk ( orang tidak mudah marah,red). Karena kita berkesenian dan berkebudayaan dan berdoa. Inilah fungsinya Festival Lima Gunung yang menjadi tiangnya  masyarakat, negara dan mendamaikan suasana,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua Komunitas Lima Gunung, Supadi Haryanto mengatakan,  pada Festival Lima Gunung XXI  para seniman  tetap konsisten dengan sikapnya. Yakni, tidak menerima sponsor atau dana dari pihak manapun. Melainkan, swadaya murni dari masyarakat dan para seniman Komunitas Lima Gunung.

Ia menambahkan, untuk penyelenggaran Festival Lima Gunung XXI yang berlangsung sejak  Jumat ( 30/9) kemarin, masyarakat Dusun Mantran rela menyisihkan uangnya untuk pendanaan festival tahunan tersebut.

“Masing-masing kepala keluarga di Dusun Mantran Wetan ini rela menyumbangkan uang sebesar Rp 3 juta untuk suksesnya Festival Lima Gunung, meskipun saat ini harga sayuran dari para petani  merosot tajam,” tandasnya.

Festival Lima Gunung XXI di Dusun Mantran Wetan tersebut mengambil tema ‘Wahyu Rumagang” dan diikuti sedikitnya 63 grup kesenian lokal dan manca negara. W. Cahyono