blank
dr. Hj. Kun Werdiningsih, MM, Direktur RSI Sultan Hadlirin Jepara 2020-2001

JEPARA (SUARABARU.ID) – Mantan Direktur RSI Sultan Hadlirin Jepara tahun 2000-2001, dr Kun Wrdiningsih, MM mengaku prihatin dan  sedih mendengar adanya konflik di Yayasan Rumah  Sakit Islam Sultan Hadlirin Jepara karena ada dualisme kepengurusan yayasan. Ia menjadi direktur  rumah sakit ini sejak tanggal 1 Juli 2000 sampai 30 Juni 2021.

“Rumah sakit ini milik umat Islam di Jepara dan membawa kebesaran nama agama. Semoga Allah SWT menunjukkan jalan yang lurus dan benar,” tegas dr Kun Werdiningsih, M.M yang juga pernah menjabat Kepala Departemen Kesehatan Kabupaten  Jepara dan Direktur Utama RSU RA Kartini Jepara. Karena itu saya sedih mendapatkan informasi itu dari teman-teman karyawan RSI Sultan Hadlirin, tambahnya.

Ia juga mengaku siap memberikan pendapat secara netral, setelah mengetahui masalah yang sesungguhnya. “Konflik seperti ini tidak main-main, sebab banyak kasus bangkrutnya rumah sakit karena konflik yayasan,” ujar dr Kun Werdiningsih yang saat kepemimpinannya merubah nama dari RSI MA Ngasirah menjadi RSI Sultan Hadlirin untuk mengenang kebesaran nama suami Ratu Kalinyamat.

Menurut dr Kun Werdiningsih, MM, dengan memasukkan  Bupati sebagai  penasehat  atau dewan pembina dan Sekda sebagai Ketua Umum Pengurus sebenarnya rumah sakit lebih diuntungkan sebab mendapatkan perhatian langsung dari pemerintah daerah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan kepada msyarakat. “Disamping itu dari aspek kesejarahan sejak masa Bupati Hisom Prasetyo memang strukturnya demikian,” ujarnya.

Disamping itu Yayasan Rumah Sakit Islam Sultan Hadirin Jepara juga harus memiliki dewan pakar yang secara profesional bisa memberikan pertimbangan untuk kemajuan rumah sakit. “Dewan pakar ini sebaiknya terdiri dari para dokter senior yang memiliki pengalaman di bidang pengelolaan fasilitas kesehatan,” ujar dr Kun Werdiningsih, MM yang selama 11 tahun pernah juga menjadi Direktur Rumah Sakit Mitra Bangsa Pati.

Hadepe